TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 13.4561 orang telah dikonfirmasi terinfeksi wabah virus corona di 128 negara.
Dikutip dari coronavirus.thebaselab.com, 68.958 orang telah dinyatakan pulih per Jumat (13/3/2020) pukul 10.00 WIB.
Terdapat 4.972 kematian tercatat di seluruh dunia, sementara lebih dari 1.000 kematian berasal dari Italia.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi global pada Rabu (11/3/2020).
Baca: Penanganan Virus Corona Belum Tuntas, Sampah Medis Menumpuk di Wuhan Jadi Masalah, Dibuang Kemana?
Untuk diketahui, virus tersebut dapat menular dari manusia ke manusia yang menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan.
Penting mengenali lebih jauh tentang gejala dan pencegahan virus corona.
Perlu digaris bawahi, gejala yang ditimbulkan meliputi bersin, pilek, kelelahan, batuk, dan sakit tenggorokan.
Pencegahan virus corona dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya, rajin cuci tangan menggunakan sabun atau pembersih tangan.
Berikut ini Tribunnews rangkum semua hal yang perlu diketahui tentang gejala dan risiki penyebaran virus corona yang dilansir dari Al Jazeera:
Apa Itu Virus Corona?
Menurut World Health Organization (WHO), coronavirus adalah keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah.
Virus corona mirip sindrom pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Virus corona ini pada awalnya ditularkan antara hewan dan manusia.
Misalnya SARS, ditransmisikan dari kucing luwak ke manusia sementara MERS pindah ke manusia dari jenis unta.
Nama virus corona berasal dari kata Latin 'corona', yang berarti mahkota atau halo.
Di bawah mikroskop elektron, gambar virus tampak seperti korona matahari.
Virus corona baru, yang diidentifikasi oleh otoritas China pada 7 Januari 2020 adalah jenis baru yang sebelumnya tidak diidentifikasi pada manusia.
Sedikit yang diketahui tentang itu, meskipun penularan dari manusia ke manusia telah dikonfirmasi .
Gejala Virus Corona
Menurut WHO, tanda-tanda infeksi virus corona termasuk demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernafas.
Dalam kasus yang lebih parah, itu dapat menyebabkan pneumonia, kegagalan organ bahkan kematian.
Perkiraan saat ini dari masa inkubasi, jumlah waktu antara infeksi dan timbulnya gejala berkisar dari satu hingga 14 hari.
Baca: Ahli di China Sebut Pandemi Virus Corona akan Mereda Juni 2020
Kebanyakan orang yang terinfeksi menunjukkan gejala dalam lima hingga enam hari.
Namun, pasien yang terinfeksi juga tidak menunjukkan gejala.
Artinya mereka tidak menunjukkan gejala apa pun walaupun memiliki virus di sistem tubuh mereka.
Seberapa Mematikan Virus Corona?
Dengan lebih dari 4.972 kematian yang tercatat, jumlah kematian akibat virus corona baru ini telah melampaui korban wabah SARS 2002-2003, yang juga berasal dari China.
Sebelumnya, SARS membunuh sekitar sembilan persen dari mereka yang terinfeksi.
Hampir 800 orang di seluruh dunia dan lebih dari 300 di China saja.
Secara terpisah, MERS, yang tidak menyebar luas, lebih mematikan, membunuh sepertiga dari mereka yang terinfeksi.
Lebih lanjut, menurut WHO virus corona tersebar lebih luas di China daripada SARS dalam hal jumlah kasus, tingkat kematian masih jauh lebih rendah sekitar dua persen.
Kasus Virus Corona
Sebagian besar kasus dan kematian dilaporkan di China, lebih banyak di provinsi Hubei.
Di luar China, lonjakan penyebaran virus juga terjadi di Italia.
Kematian dikonfirmasi di China, Italia, Korea Selatan, Spanyol, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Swiss, Norwegia, Jepang, Swedia, Belanda.
Virus coron ajuga menyebar ke Inggris, Belgia, Austria, Australia, kanada, Hong Kong, Yunani, Irak, Mesir, India, San Marino, Irlandia, Thailand, Libanon, Filipina.
Lebih jauh, Indonesia, Argentina, Aljazair, Albania, Bulgaria, Azerbaijan, Panama, Maroko, Guyana juga terdampak penyebaran virus corona.
Hingga hari ini, wilayah terdampak virus corona sudah mencapai 128 negara.
Upaya Mencegah Virus Corona
Para ilmuwan di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin untuk virus corona.
Tetapi telah memperingatkan satu kemungkinan, tidak akan tersedia untuk distribusi massal sebelum 2021.
Sementara itu, otoritas China secara efektif menutup Wuhan dan membatasi perjalanan ke dan dari beberapa kota lain.
Keputusan tersebut diketahui memengaruhi sekitar 60 juta orang.
Banyak maskapai penerbangan internasional telah membatalkan penerbangan ke China.
Beberapa negara telah melarang warga negara China memasuki wilayah mereka dan beberapa lagi telah mengevakuasi warganya dari Wuhan.
Baca: Penanganan Virus Corona Belum Tuntas, Sampah Medis Menumpuk di Wuhan Jadi Masalah, Dibuang Kemana?
Baca: Istri Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau Positif Virus Corona
Baca: Virus Corona Mewabah, China Diwarnai dengan Tumpukan Limbah Medis
Baca: Konferensi Virus Corona di NY Dibatalkan Gara-gara Virus Corona
Asal Virus Corona
Otoritas Kesehatan China masih berusaha untuk menentukan asal virus.
Sebelumnya mereka mengatakan kemungkinan berasal dari pasar makanan laut di Wuhan di mana satwa liar juga diperdagangkan secara ilegal.
Namun, pada 7 Februari 2020, para peneliti China mengatakan virus itu bisa menyebar dari spesies hewan yang terinfeksi ke manusia melalui trenggiling yang diperdagangkan secara ilegal.
Untuk diketahui, trenggiling dihargai di Asia untuk makanan dan obat-obatan.
Para ilmuwan sebelumnya juga telah menunjuk kelelawar atau ular sebagai sumber virus.
Darurat Global Virus Corona
Pada 30 Januari 2020, wabah virus corona dinyatakan WHO sebagai darurat kesehatan global.
Lalu, WHO menyatakan krisis penyebaran virus corona yang semakin meluas itu sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020.
Keputusan tersebut mengingat meningkatkan kekhawatiran atas penyebaran dan tingkat keparahan penyakit.
Untuk diketahui, peringatan kesehatan internasional adalah panggilan ke negara-negara di seluruh dunia.
Diharapan dengan adanya peringatan tersebut, negara di seluruh dunia segera mengoordinasikan respons mereka di bawah bimbingan badan kesehatan PBB.
Ada lima keadaan darurat kesehatan global sejak 2005 ketika deklarasi itu diresmikan: flu babi pada 2009, polio pada 2014, Ebola pada 2014, Zika pada 2016, dan Ebola lagi pada 2019.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)