Rentetan dua lusin roket menghantam Camp Taji, utara Baghdad, Rabu lalu (11/3/2020).
Serangan tersebut menewaskan tiga prajurit koalisi, termasuk dua orang Amerika dan prajurit Inggris.
Itu adalah serangan paling mematikan yang menargetkan pasukan AS di Irak sejak serangan roket akhir Desember 2019 di pangkalan Irak.
Diketahui, satu kontraktor AS tewas dalam serangan tersebut dan menggerakkan serangkaian serangan yang membawa Irak ke ambang perang.
Serangan hari Rabu diikuti oleh serangan lain, pada hari Sabtu di lokasi yang sama.
Melukai lima tentara, tiga anggota koalisi dan dua tentara Irak.
Baca: Tentara AS Menarik Diri dari 3 Pangkalan Militer di Irak
Baca: Presiden AS Donald Trump Perintahkan Pentagon Balas Serangan Mematikan di Pangkalan Irak
Serangan pertama memicu serangan udara Amerika pada hari Jumat terhadap apa yang dikatakan para pejabat AS terutama fasilitas senjata milik Kataib Hezbollah.
Kelompok milisi yang didukung Iran yang diyakini bertanggung jawab atas serangan itu.
Namun, militer Irak mengatakan serangan udara itu menewaskan lima anggota pasukan keamanan dan seorang warga sipil.
Sementara melukai lima pejuang dari Pasukan Mobilisasi Populer, sebuah organisasi payung termasuk sejumlah milisi, termasuk beberapa kelompok yang didukung Iran.
Kelompok-kelompok milisi Syiah yang didukung Iran bersumpah untuk membalas dendam, menandakan siklus kekerasan antara Washington dan Teheran yang mungkin terjadi di Irak.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)