Sebanyak 26 di antaranya menerima versi lain klorokuin yakni hydroxychloroquine dan 16 lainnya menerima perawatan rutin.
Dari 20 pasien yang menggunakan obat anti-malaria dan dilakukan penelitian, enam lainnya juga menerima antibiotik azitromisin.
Keenam pasien itu dinyatakan bebas SARS-Cov-2 pada hari kelima setelah perawatan.
Sementara itu 7 dari 14 pasien yang menggunakan hanya hydroxychloroquine, dikatakan negatif virus.
Selain itu, 2 dari 16 pasien yang dikontrol tidak lagi terinfeksi.
Di daerah lain, eksperimen skala kecil yang dilakukan China dan Australia juga menunjukkan hasil klorokuin yang menggembirakan.
Sejauh ini para peneliti di sana menemukan bahwa obat ini bisa memperpendek perjalanan penyakit.
Uji klinis yang lebih besar diperlukan untuk meyakinkan benar apakah anti-malaria ini bisa digunakan untuk Covid-19.
Para peneliti di Universitas Minessota memulai studi meliputi 1.500 orang untuk menyelidiki efektivitas obat ini lebih lanjut.
Menurut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Minnesota, Jakub Tolar, hasil penelitian ini bisa tersedia dalam beberapa minggu.
Jakub melanjutkan bahwa penelitian lebih lanjut masih harus terus dilakukan.
Sebuah uji coba kecil kepada 1.500 orang akan menjadi langkah pragmatis untuk memverifikasi kemanjuran obat.
Pernyataan ini dilontarkan Ahli Virus dari Universitas Kent, Jeremy Rossman yang terkesan dengan pendekatan tersebut.
Saat ini sejumlah percobaan klorokuin lainnya pada manusia sedang proses pengerjaan.