Menurut clinicaltrials.gov, para peneliti di Universitas Oxford berencana memberikannya sebagai profilaksis untuk 10.000 pekerja perawatan kesehatan dan lainnya yang berisiko tinggi tertular SARS-CoV-2.
Di Norwegia, dokter berharap bisa mulai memberikan obat kepada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Sementara di Thailand, dokter sedang mempersiapkan uji klinis untuk membandingkan berbagai kombinasi antivirus, termasuk klorokuin.
Isu keampuhan obat ini justru harus menelan korban di Nigeria.
Otoritas Nigeria, tepatnya negara bagian Lagos pada Jumat lalu mengatakan bahwa rumah sakit baru saja menerima dua kasus keracunan klorokuin.
Otoritas Lagos mengatakan klaim Trump membuat obat ini menjadi banyak diburu masyarakat.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah melihat banyak pesan beredar di media sosial tentang klorokuin sebagai obat untuk coronavirus dan di beberapa daerah Lagos."
"Itu tidak lagi tersedia," kata Ore Awokoya, asisten khusus senior untuk Gubernur negara bagian Lagos bidang kesehatan dilansir SCMP.
"Tapi setelah pernyataan Donald Trump butuh perspektif lain, orang-orang secara besar-besaran antre di depan apotek untuk membeli klorokuin," ungkap Ore.
Dia menilai orang-orang saat ini tergesa-gesa menilai obat ini bisa menanggulangi Covid-19.
Bahkan beberapa di antaranya menggunakan obat ini tanpa ada aturan pakai atau sembarangan.
"Kami baru saja mendaftarkan dua kasus keracunan, pasiennya saat ini sudah dirawat di Lagos."
"Tapi kita mungkin akan lihat banyak kasus bermunculan beberapa hari ke depan," sambungnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)