TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria asal China dilaporkan meninggal karena terjangkit hantavirus.
Pria malang itu berasal dari Provinsi Yunnan, China barat daya.
Dia meninggal dunia saat melakukan perjalanan ke Provinsi Shandong di timur Senin lalu.
Melansir Newsweek dari Global Times, pria ini sepertinya diperiksa setelah meninggal dunia.
Baca: Terjangkit Virus Corona, Paulo Maldini Dapat Dukungan dari Fransesco Totti, Carles Puyol hingga Kaka
Baca: Maraknya Virus Corona, Pasar Jual Tikus & Reptil di Vietnam Masih Buka
Selanjutnya, 32 orang penumpang bus lainnya yang saat itu bersama pria ini diperiksa.
Mereka diuji terkait virus yang diderita pria malang ini.
Tetapi sebenarnya jenis virus ini tidak mudah menulari antar manusia.
Hasil tes sampai saat ini belum jelas hasilnya.
Pria yang meninggal itu tidak dicantumkan dalam laporan, begitupun penyebab kematiannya juga tidak dijelaskan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), anggota patogen hantavirus sebagian besar disebarkan oleh tikus.
"Infeksi dengan jenis hantavirus apapun bisa menyebabkan penyakit hantavirus pada manusia," bunyi pernyataan CDC.
Setiap turunan hantavirus dihubungkan dengan spesies inang dari hewan pengerat menurut laporan Newsweek.
Cara Penularan Hantavirus
Hantavirus ditularkan melalui udara.
Ini terjadi ketika partikel virus dari urin hewan, kotoran, dan air liur bergerak di udara dan menginfeksi seseorang.
Pada kasus yang jarang terjadi, seseorang bisa terjangkit virus ini bila menyentuh hidung atau mulut setelah memegang permukaan yang terkontaminasi.
Maksud dari kontaminasi ini adalah permukaan tersebut mengandung bekas urin, kotoran atau liur inang.
Ahli juga percaya bila memakan bekas inang hewan pengerat ini juga bisa menyebabkan infeksi.
Baca: Ramalan Shio Hari Ini, Selasa 10 Maret 2020: Tikus Murung, Babi Dapat Perlakuan Tidak Menyenangkan
Baca: Azriel Sebut Pernah Tinggal di Ruko dan Ngutang di Warung Pasca-Anang Cerai, Aurel: Tidur sama Tikus
Seseorang yang terinfeksi hantavirus menurut pengembangan baru di Amerika akan memiliki kondisi hantavirus pulmonary syndrome (HPS).
Sementara penelitian lamanya yang ditemukan di Asia dan Eropa menyebut penyakit ini bisa menyebabkan demam berdarah berikut sindrom gangguan ginjal (HFRS).
Tidak jelas pria China itu mengalami salah satu dari dua kemungkinan kondisi ini.
CDC menyatakan bahwa hantavirus di AS tidak dapat ditularkan dari orang ke orang.
Sementara di Chili dan Argentina pernah menemukan kasus penularan antar manusia para orang yang menderita virus Andes.
Menurut badan kesehatan masyarakat AS, orang-orang yang cenderung terjangkit hantavirus adalah mereka yang hidup di pedesaan seperti hutan, ladang atau pertanian.
Tepatnya tempat-tempat dimana hewan pengerat biasa hidup.
Gejala Hantavirus
Gejala-gejala dari HPS yang berpotensi mematikan ini antara lain kelelahan, demam, dan nyeri otot terutama di paha, punggung, pinggul, dan lebih jarang di bahu.
Beberapa orang mungkin juga merasa pusing, sakit kepala, kedinginan, serta muntah, dan mengalami diare dan sakit perut.
Antara empat hingga 10 hari setelah fase pertama, seseorang bisa mengalami sesak napas, batuk, dan paru-paru mereka mungkin terisi dengan cairan.
Seorang pasien mengatakan kepada CDC bahwa HPS merasa badannya seakan ditekan sesuatu.
"Ada pita ketat di dada saya dan bantal menutupi wajah saya."
Baca: Tak Hanya Warga yang Marah, Syuting Ria Ricis saat Wabah Corona Bikin Desainer Tersohor Ini Marah
Baca: Alami Stres Akibat Informasi Berlebih Soal Corona? Ini Cara Mengatasinya
Bagi mereka yang mengalami kondisi tersebut kemungkinan 38 persen meninggal.
Sementara itu dalam kasus HFRS, gejala akan datang lebih cepat.
Termasuk diantaranya sakit punggung dan perut serta sakit kepala, kedinginan, mual dan demam.
Penglihatan juga bisa kabur dan wajah mereka menjadi memerah atau meradang.
Kondisi ini bisa diikuti oleh tekanan darah rendah, serta syok akut, kebocoran pembuluh darah dan gagal ginjal akut.
Bagi penderita ini, dari angka 1 hingga 15 persen pasien akan meninggal.
Kematian pria itu terjadi di tengah pecahnya virus corona yang diperkirakan bermula dari makanan ekstrim China yakni kelelawar dan trenggiling.
Virus yang menyebabkan penyakit COVID -19, telah menyebar dari Cina ke setiap benua kecuali Antartika.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)