Jauh sebelum ini, China telah memberlakukan hal yang sama.
Seorang dokter mengungkapkan tentang wabah ini di sebuah ruang obrolan online pada akhir Desember lalu.
Saat itu penyakitnya belum memiliki nama Covid-19 atau nCov-2019.
Dokter ini ingin meningkatkan kewaspadaan masyarakat, namun dia ditegur polisi dan terpaksa mengakui bahwa penyakit yang dia maksud adalah hoaks.
Dokter malang ini lantas tertular pasien Covid-19 dan sudah meninggal dunia.
"Hal baik dan pantas bagi pekerja kesehatan untuk mengungkapkan ketakutan dan kekhawatiran mereka sendiri."
"Terutama ketika menyatakan hal itu, bisa memberi mereka perlindungan yang lebih baik,” kata direktur fakultas di pusat bioetika Harvard Law School, Glenn Cohen.
Kemungkinan alasan rumah sakit ingin melindungi citra dengan ancaman seperti ini adalah karena mereka takut dengan kemarahan publik.
Baca: UPDATE Kasus Corona Dunia 2 April 2020: AS Capai 200 Ribu, Tidak Ada Pasien Positif Baru di China
Baca: Tanggapan NU Jika Ada Penolakan Jenazah Covid-19: Tidak Boleh Dihina dan Jangan Menolak Saudara Kita
Sebab bila publik tahu kondisi tidak layak yang dialami tenaga kesehatan di sana, pasti masyarakat akan geram.
Di tengah pendemi Covid-19 ini, banyak dokter, perawat, dan pekerja kesehatan lainnya yang turun ke media untuk menceritakan kondisi mereka.
Bahkan sejumlah postingan di Twitter bertagar #GetMePPE viral di media sosial.
Undang-undang privasi melarang mengungkap informasi pasien tertentu, tetapi tidak melarang membahas kondisi kerja umum.
Karyawan NYU Langone Health menerima pesan pada Jumat lalu dari Kathy Lewis, wakil presiden eksekutif komunikasi terkait pemutusan kerja dan tindakan disipliner bagi karyawan yang bicara ke media.
Juru bicara NYU Langone Health, Jim Mandler mengaku kebijakan ini guna melindungi kerahasiaan pasien dan staf.