Namun meski pengujian mulai meningkat pada beberapa pekan terakhir ini, langkah yang kurang agresif pada awal pandemi ini masih terus jadi bulan-bulanan publik AS.
Pemerintah dianggap kurang tanggap dan kehilangan kesempatan untuk mengendalikan skala pandemi Covid-19 di AS.
Faktanya sudah beberapa pekan ini Amerika menduduki jumlah kasus infeksi corona terbanyak di dunia.
Dan meskipun jumlah tes yang diberikan terus meningkat, tidak semua laboratorium yang mengurus tes-tes tersebut mampu menyelesaikannya.
Seperti yang terjadi pada Quest Diagnostics, salah satu laboratorium komersial terbesar di negara itu.
Dalam dua minggu terakhir, mereka menghadapi tumpukan tes Covid-19 dan menunda hasilnya hingga 10 hari.
Pada akhir Maret, laboratorium itu memiliki setidaknya 160.000 pesanan tes virus corona yang menunggu untuk diproses, setengah dari 320.000 pesanan untuk tes yang telah diterima perusahaan hingga tanggal itu.
Banyaknya orang dengan gejala konsisten seperti halnya paramedis yang perlu diuji, belum jelas bagaimana AS akan menanggulangi hal ini.
Banyak negara bagian menjalankan kebijakan tetap di rumah dan pemerintah federal merekomendasikan pedoman jarak sosial yang ketat untuk membatasi penyebaran virus corona.
Saat ditanya terkait ada tidaknya rencana AS untuk melembagakan sistem pengujian yang memadai, Trump mengartikannya apakah AS perlu mengetes seluruh populasi di sana.
"Kami ingin melakukannya dan kami akan lihat apa yang kami punya."
"Apakah kamu memerlukan itu? Tidak. Apakah itu cara yang baik? Ya."
"Kita bicara tentang 325 juta orang dan itu (tes massal) tidak akan dilakukan, seperti yang bisa kamu bayangkan, dan ini tidak akan pernah terjadi pada yang lainnya," kata Trump.
Menurutnya, mungkin negara lain melakukan tes massal, tetapi mereka melakukan itu dalam jangka terbatas.
Trump juga mengatakan akan ada tes Covid-19 skala besar di wilayah tertentu saja.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)