TRIBUNNEWS.COM - Presiden Emmanuel Macron memperpanjang lockdown Prancis untuk memerangi virus corona.
Langkah tersebut juga diambil untuk menangkis kritik terhadap pemerintahnya.
Dalam pidato yang disampaikan pada Senin (13/4/2020), Macron mengatakan secara bertahap mulai membuka kembali ekonomi dan sekolah pada 11 Mei 2020.
Perpanjangan lockdown Prancis ini mengikuti keputusan serupa di negara tetangga, Italia.
Mengutip dari Bloomberg, pengumuman tersebut juga datang dengan peningkatan jumlah kematian dalam empat hari.
Baca: Presiden Prancis Emmanuel Macron Umumkan akan Perpanjang Lockdown hingga 11 Mei 2020
Baca: PM Macron Perpanjang Lockdown di Perancis Hingga 11 Mei
"Apakah kita siap untuk krisis ini? Jelas, tidak siap," kata Macron.
"Tapi kami menghadapi situasi ini." tegasnya.
"Di Prancis, seperti tempat lain, kami harus menangani keadaan darurat, membuat keputusan sulit, informasi yang parsial, sering berubah, dan selalu beradaptasi," terangnya.
Negara Terparah Ketiga di Eropa
Lebih jauh, setelah Italia dan Spanyol, Prancis tercatat sebagai negara ketiga yang paling parah di Eropa.
Ketiga negara telah memberlakukan lockdown pada sebagian besar aspek kehidupan sehari-hari selama wabah Covid-19 ini berlangsung.
Sesama anggota Uni Eropa lain, Denmark dan Austria, telah melonggarkan lockdown, Norwegia dikabarkan akan mengikuti langkah tersebut.
Baca: Butiknya Tutup Sementara Akibat Virus Corona, Ivan Gunawan Enggan PHK Karyawannya
Baca: Update Angka Kasus Covid-19 di Indonesia Hari Ini: 5.136 Positif Corona, 469 Meninggal, 446 Sembuh
Macron Menyebut Krisis Pandemi sebagai Perang
Lebih lanjut, Macron menyebut krisis pandemi global ini sebagai perang.