Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebanyak 60% pendapatan para pelajar Jepang yang baito (kerja paruh waktu) mengalami penurunan.
Mereka meminta pembebasan biaya sekolah dan atau biaya kuliahnya kepada pemerintah Jepang.
"Lebih dari 500 mahasiswa dan pelajar yang menanggapi kuesioner yang dilakukan oleh kelompok " Project Free Pendidikan Tinggi " sebanyak 60% responden menjawab bahwa pendapatan pekerjaan paruh waktu mereka telah menurun," ungkap kelompok tersebut dalam jumpa persnya Rabu (22/4/2020).
Mereka mengatakan bahwa orang tua nya dan pendukung rumah tangga lainnya mengalami penurunan pendapatan penghasilan atau menghilang.
Baca: Dana Kerjasama, Subsidi dari Pemda Tokyo Jepang Dimulai Pendaftaran Rabu Ini
Dikatakan bahwa 40% dari siswa akan mengambil cuti karena pendapatannya sangat berkurang dan sekitar 10% siswa mempertimbangkan untuk meninggalkan universitas.
Untuk alasan tersebut, kelompok Free Project membuat proposal, menyarankan bahwa siswa mungkin merasa kesulitan untuk melanjutkan kehidupan siswa mereka di masa depan, dan merupakan tanggung jawab pemerintah nasional untuk secara seragam membebaskan separuh biaya kuliah khususnya untuk semester pertama mahasiswa dan mahasiswa pascasarjana, serta kelas online.
"Kami berusaha untuk menutupi beban biaya siswa yang saat ini sedang kesusahan," tambahnya.
Organisasi memutuskan untuk mengirimkan rekomendasi langsung ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang.
Shitoka Iwasaki, seorang mahasiswa tahun keempat di Universitas Tokyo, yang bertindak sebagai perwakilan, mengatakan, "Beberapa orang yang orangtuanya mampu membayar biaya sekolah dan biaya hidup mereka sejauh ini dalam kesulitan, sangatlah membutuhkan sistem pendukung."
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com