TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara akan menghadapi pergantian tak direncanakan dalam 72 tahun terakhir jika pemimpin mereka, Kim Jong Un meninggal.
Absennya Kim selama lebih dari dua pekan menjadi perhatian publik, dengan kondisi simpang siur mengenai kondisi kesehatannya mengemuka.
Terdapat beberapa laporan tak terkonfirmasi bahwa Kim koma, atau bahkan wafat setelah menjalani operasi kardiovaskular pada awal April.
Baik pemerintah AS dan Korea Selatan menyatakan mereka tidak yakin jika Pemimpin Korea Utara itu berada dalam kondisi sangat serius.
Meski begitu, ketidakhadiran Kim dalam dua acara penting Korut, salah satunya perayaan kelahiran sang kakek Kim Il Sung, jelas menjadi perhatian.
Baca: Rumor Kim Jong Un Meninggal, Ketegangan di Korea Selatan Meningkat hingga Rencana Darurat AS
Baca: Jika Kim Jong Un Benar Meninggal, Pengamat Militer Sebut Perang Saudara di Korut Bisa Saja Terjadi
Sue Mi Terry, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies mengatakan, Korea Utara bakal menghadapi masalah serius jika Kim Jong Un meninggal.
Sebab seperti diberitakan The Washington Post, Senin (27/4/2020), mereka harus melakukan pergantian tak direncanakan selama 72 tahun terakhir.
Asumsi itu berdasarkan pada fakta bahwa dua pendahulu Kim, Kim Il Sung dan Kim Jong Il, sama-sama melakukan persiapan agar keturunan mereka bisa bertakhta.
Kim Jong Il dipersiapkan oleh sang ayah, Kim Il Sung, selama setidaknya 20 tahun sebelum mengambil alih tampuk kepemimpinan pada 1994.
Sementara Kim junior mempunyai waktu selama beberapa tahun untuk menyerap ilmu dari ayahnya Kim Jong Il, sebelum berkuasa di 2011.
Jika Kim mengembuskan napas terakhir, tidak jelas siapa yang bakal menggantikannya.
Karena keturunan langsungnya diyakini masih TK.
Terry menerangkan, kandidat terkuat untuk menjadi penguasa negara yang menganut ideologi Juche itu adalah adik Kim, Kim Yo Jong.
Sebenarnya, Kim mempunyai kakak lelaki bernama Kim Jong Chul.