TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan biofarmasi Gilead yang berbasis di California, AS merilis dua laporan yang menggembirakan tentang remdesivir.
Remdesivir merupakan obat percobaan yang sedang diuji sebagai pengobatan Covid-19.
Dalam satu pernyataan, Gilead mengatakan, penelitian terhadap remdesivir memenuhi titik akhir primernya.
Dikutip Tribunnews dari Times, Kamis (30/4/2020), para peneliti telah menyimpulkan pasien yang dirawat di rumah sakit yang menggunakan obat, tampak lebih cepat membaik, dibanding dengan pasien yang diberi plasebo.
Untuk diketahui, studi ini dijalankan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi (NIAID).
NIAID merupakan bagian dari US National Institutes of Health.
Baca: Penelitian AS Ungkap Manfaat Remdesivir, Mengurangi Waktu Pemulihan Pasien Corona 31 Persen
Baca: 22 Rumah Sakit di Indonesia Uji Klinis Empat Obat Covid-19, Remdesivir Masuk Kategori Potensial
Gilead belum merilis data spesifik dari penelitian ini, tetapi mereka mencatat dalam rilisnya, NIAID diharapkan memberikan hasil yang lebih rinci.
Dalam pernyataan lain, Gilead mengeluarkan hasil dari satu di antara dua uji coba 'SIMPLE' yang sedang berlangsung.
Satu di antara studi ini dirancang untuk menguji remdesivir pada orang dengan penyakit sedang, dan yang lain pada orang dengan penyakit yang lebih parah.
Keduanya membandingkan rejimen lima hari dengan rejimen 10 hari dan tidak termasuk kontrol plasebo.
Studi Melibatkan 400 Orang
Lebih jauh, Gilead melaporkan studi yang melibatkan hampir 400 pasien dengan Covid-19 parah.
Semuanya menderita pneumonia dan kadar oksigen berkurang, tetapi belum perlu mengandalkan ventilator untuk bernafas.
Dalam penelitian ini, rejimen lima hari dianggap sama efektifnya dengan protokol 10 hari.