"Saya pikir (ini) sangat besar, " terangnya.
Mencari Obat atau Vaksin untuk Virus Corona
Sebagaimana diketahui, remdesivir pada awalnya dirancang untuk mengobati Ebola.
Namun, penelitian di laboratorium menunjukkan, remdesivir juga bertindak terhadap virus corona seperti SARS dan MERS.
Sehingga para peneliti mulai mengeksplorasi potensinya untuk mengobati Covid-19 ketika pandemi dimulai.
Petunjuk awal tentang manfaat potensial obat eksperimental bocor pada April dari presentasi para peneliti University of Chicago.
Dalam penelitian itu, Time mewartakan, para peneliti yang ditugaskan untuk menerima remdesivir meningkat lebih cepat dan dipulangkan dari rumah sakit lebih awal daripada mereka yang mendapat plasebo.
Time melaporkan, penelitian lain yang dilakukan para peneliti Tiongkok selama hari-hari awal pandemi menunjukkan, mereka yang memakai remdesivir hingga 10 hari tidak menunjukkan peningkatan yang lebih cepat daripada mereka yang secara acak diberikan plasebo.
Para ilmuwan Gilead mencatat, penelitian di China ditunda karena para peneliti tidak dapat mendaftarkan jumlah pasien yang dimaksud dengan penyakit parah.
Hal ini menunjukkan hasilnya mungkin tidak signifikan secara statistik.
Para peneliti China juga melihat tanda-tanda yang menjanjikan, orang yang diobati dalam waktu 10 hari dari gejala pertama mereka.
Tampaknya mereka membaik lebih cepat daripada yang memulai pengobatan 10 hari setelah mengalami gejala pertama.
Sementara hasil uji coba saat ini diklaim menjanjikan.
Masih belum jelas apa perbaikan dapat diberikan remdesivir dalam mengobati Covid-19.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)