News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Teka-teki Rendahnya Kasus Covid-19 di Jepang Dibanding Negara Maju Lain

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang tadinya diprediksi menjadi 'lumbung' kasus covid-19 sejak pandemi itu merebak pada Januari silam.

Namun nyatanya, tak seperti kebanyakan negara maju lainnya, kasus covid-19 Jepang masih lebih rendah ketimbang Italia, Spanyol, atau bahkan Amerika Serikat.

Prediksi Jepang bakal jadi lahan subur bagi penyebaran pandemi merujuk pada banyaknya lansia dan status sebagai satu di antara kota terpadat di dunia.

Sibuk dan penuhnya kereta komuter Tokyo juga sempat memicu kekhawatiran ibu kota Jepang akan menjadi "New York berikutnya" dalam hal dampak Covid-19.

Baca: Sempat Muntah Darah, Pesumo 28 Tahun Meninggal Seusai Terinfeksi Covid-19

Namun negara berpenduduk 126 juta orang ini mencatatkan 16.024 kasus dengan 668 kematian, menurut data Kementerian Kesehatan pada Kamis (14/5/2020).

Di balik keberhasilan Negeri "Sakura" menangani wabah Covid-19 ini, sepertinya ada misteri yang masih tersimpan.

Angka kasus di Jepang tersebut jauh di bawah negara-negara maju lainnya, bahkan sempat mengundang kecurigaan pihak berwenang tidak membeberkan gambaran lengkap.

Mengenakan masker, melepas sepatu, membungkuk tidak berjabat tangan, tingkat obesitas yang rendah, bahkan mengonsumsi makanan tertentu dinilai sebagai budaya yang turut membantu memperlambat penyebaran Covid-19 di Jepang.

Dengan jumlah kasus baru menurun dalam beberapa pekan terakhir, Perdana Menteri Shinzo Abe akan mengumumkan pencabutan keadaan darurat nasional virus corona pada sebagian besar wilayah pada Kamis malam (14/5/2020).

Akan tetapi di balik narasi kesuksesan ini, para kritikus mengkhawatirkan rendahnya jumlah kasus lantaran tingkat pengujian yang relatif rendah.

Pada 11 Mei Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan telah ada 218.204 tes virus corona, yang merupakan tingkat per kapita terendah di G7 menurut Worldometers.

Bahkan Shigeru Omi pakar virus corona di pemerintahan Jepang sendiri, mengaku "tidak ada yang tahu" apakah jumlah kasus virus corona di Jepang sebenarnya "bisa 10 kali, 12 kali, atau 20 kali lebih banyak dari yang dilaporkan."

Ryuji Koike asisten direktur Rumah Sakit Universitas Medis dan Kedokteran Gigi Tokyo mengatakan kepada AFP, sementara Jepang memiliki tingkat kematian dan infeksi yang lebih rendah dari banyak negara, "bukan berarti kita baik-baik saja."

Ia menambahkan, "Saya tidak berpikir (penurunan kasus) disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Saya pikir sepertinya Jepang baik-baik saja berkat hal-hal yang tidak dapat diukur, hal-hal seperti kebiasaan sehari-hari dan perilaku orang Jepang" - seperti menjaga kebersihan dan tidak berjabat tangan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini