TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan kapal pesiar, Carnival mengumumkan kerugian hingga pemotongan gaji kepada karyawan demi bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Perusahaan pelayaran terbesar di dunia itu mengatakan akan menghemat ratusan juta dolar selama setahun setelah memangkas biaya operasional.
Kendati demikian pihaknya tidak memberi rincian tingkan redudansi dan cutinya, sebagaimana dikutip dari Guardian.
Baca: China Siap Beri Hukuman bagi Sejumlah Senator AS karena Bikin UU Antichina
Baca: Pemerintah Laporkan Dugaan Eksploitasi ABK Asal Indonesia di Kapal Tiongkok ke Dewan HAM PBB
Namun, kebijakan ini diperkirakan memengaruhi ribuan pekerja di seluruh dunia.
Di Inggris, Carnival berencana mem-PHK sekitar seperempat dari tenaga kerjanya.
Artinya akan ada 450 karyawan yang kehilangan pekerjaannya dan pemotongan gaji sebesar 20 persen bagi staf yang tersisa.
Sebelumnya, Carnival telah mempekerjakan 150 ribu orang dari seluruh dunia sebelum krisis global ini terjadi.
Carnival mengatakan akan memotong gaji kepala eksekutifnya, Arnold Donald hingga setengahnya pada tahun ini.
Sedangkan eksekutif lainnya kehilangan seperempat dari gaji mereka.
Semua karyawan lain dalam operasi on-shore akan mendapat potongan gaji sebesar 20 persen.
Carnival terpaksa menghentikan semua pelayaran sejak awal Maret silam.
Adapun saat itu ada sejumlah kapalnya yang menjadi pusat penyebaran Covid-19.
Salah satunya dialami Diamond Princess, dengan 700 kasus infeksi terkonfirmasi dan 13 kematian di sana.
Raksasa pelayaran yang juga memiliki merek pelayaran Cunard, P&O, dan Costa ini tidak mendapatkan pemasukan sama sekali sejak Maret.