TRIBUNNEWS.COM - China mengonfirmasi mereka memerintahkan laboratorium tidak resmi untuk menghancurkan sampel virus corona baru, Jumat (15/5/2020).
Pihak terkait bersikeras perintah tersebut dikeluarkan karena alasan biosafety.
Konfirmasi ini datang setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berulang kali mengatakan, China menolak memberikan sampel virus yang diambil dari pasien terinfeksi Covid-19 pada akhir Desember 2019 lalu.
Dikutip Tribunnews dari South China Morning Post, Mike Pompeo lantas menuduh China telah menghancurkan sampel awal.
Lebih lanjut, pejabat di Departemen Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Komisi Kesehatan Nasional, Liu Dengfeng memberikan komentarnya.
Liu mengatakan, tindakan yang dilakukan di laboratorium itu demi mencegah resiko biosafety dan bencana sekunder yang disebabkan patogen tak dikenal.
"Pernyataan yang dibuat oleh beberapa pejabat AS diambil di luar konteks dan dimaksudkan untuk membingungkan," kata Liu dalam pengarahan di Beijing.
Baca: Balas Diskriminasi Soal Huawei, China Targetkan Apple, Boeing dan Raksasa Teknologi AS Lainnya
Baca: Antisipasi Mudik Menjelang Lebaran, Kemenhub Perketat Wilayah Perbatasan
Patogen Diidentifikasi, hingga Dihancurkan
Lebih jauh, ketika penyakit mirip penumonia pertama kali dilaporkan di Wuhan, Liu mengatakan, lembaga profesional tingkat nasional mengidentifikasi patogen penyebabnya.
"Berdasarkan penelitian yang komprehensif dan pendapat ahli, kami memutuskan untuk sementara waktu mengelola patogen yang menyebabkan pneumonia sebagai Kelas II, sangat patogen," kata Liu.
"Serta memberlakukan persyarakat biosafety pada pengumpulan sampel, transportasi dan kegiatan eksperimental, serta menghancurkan sampel," terang Liu.
Liu menambahkan tindakan ini sejalan dengan praktik tandar China dalam menagani sampel yang sangat patogen.
Seharusnya, kata Liu tidak dilakukan oleh laboratorium yang tidak memenuhi syarat.
Sebagai catatan, patogen Kelas II dapat ditularkan di antara manusia atau hewan, atau antara manusia dan hewan.