Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Jutaan orang Amerika Serikat (AS) diperkirakan telah mengajukan permintaan tunjangan pengangguran, karena pandemi virus corona (Covid-19) yang terus menghancurkan perekonomian negara itu.
Jumlah total klaim pengangguran AS selama dua bulan terakhir pun diprediksi mencapai hampir 39 juta orang.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (21/5/2020), sejumlah ekonom memperkirakan ada 2,4 juta pengajuan tambahan klaim pengangguran dalam pekan yang berakhir 16 Mei lalu.
Angka ini menyusul 2,98 juta klaim yang telah dilaporkan terjadi selama minggu sebelumnya.
Peningkatan pengangguran di AS terus terjadi meskipun perekonomian negara itu mulai dibuka kembali seiring makin banyaknya negara bagian yang mencoba bangkit dari keterpurukan.
Namun, klaim pengangguran ini secara bertahap menurun sejak mencapai rekor tertingginya dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret lalu, yakni sebesar 6,867 juta.
Perusahaan multinasional bidang keuangan yang berbasis di Swiss, UBS dalam catatan tertanggal 15 Mei 2020, menyampaikan bahwa beberapa negara bagian seperti Florida dan New York, masih mengalami peningkatan dalam klaim mingguan mereka.
Namun sebagian besar negara bagian di AS melihat klaim baru ini turun 20 persen per minggunya.
"Kami mengharapkan penurunan ukuran yang sama pada minggu ini," kata UBS.
Dalam pekan yang berakhir 9 Mei 2020, negara bagian Georgia melaporkan jumlah klaim pengangguran tertinggi yakni 241.000.
Angka ini naik dari 228.000 pada minggu sebelumnya.
Sementara Florida memiliki 221.000 klaim, California 214.000, dan New York sekitar 200.000.
Klaim pengangguran berkelanjutan ini pun diantisipasi dengan total 23,5 juta untuk minggu yang berakhir pada 9 Mei 2020, setelah mencapai rekornya di angka 22,83 juta pada minggu sebelumnya.
Kasus corona yang terjadi di seluruh dunia saat ini telah mencapai lebih dari lima juta, dengan catatan 329.000 kasus kematian.
AS pun telah menjadi negara yang paling terpukul akibat pandemi ini, dengan lebih dari 1,5 juta kasus terjadi dan lebih dari 93.000 catatan kematian.