News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

WHO Hentikan Sementara Penggunaan Hidroksiklorokuin karena Masalah Keselamatan Nyawa

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebotol dan pil Hydroxychloroquine di meja di Rock Canyon Pharmacy di Provo, Utah, pada 20 Mei 2020. Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada 18 Mei bahwa dia telah menggunakan hydroxychloroquine selama hampir dua minggu sebagai tindakan pencegahan terhadap COVID-19.

Terlepas dari angka yang menggembirakan, para ahli telah memperingatkan bahwa virus corona dapat menyerang kembali dengan gelombang kedua yang lebih mengerikan jika pemerintah dan warga negara ceroboh, terutama saat vaksin belum tersedia.

Pengingat terbaru dari ancaman datang dari Swedia, di mana angka kematian COVID-19 melewati 4.000, angka yang jauh lebih tinggi daripada tetangganya.

Bangsa Skandinavia telah mendapatkan kritik internasional karna tidak menegakkan imbauan "tinggal di rumah" seperti negara-negara Eropa lainnya.

Bagaimanapun juga, lockdown yang berkepanjangan sudah mulai meresahkan warga secara global.

Para pebisnis dan warga negara merasa letih karena dikurung dan menderita kesulitan ekonomi yang luar biasa.

Langkah-langkah stimulus darurat pun telah diperkenalkan.

Pemerintah mencoba untuk memberikan bantuan kepada perekonomi mereka.

Sektor penerbangan dan perhotelan yang sangat terpukul karena adanya larangan bepergian ini.

Lufthansa menjadi perusahaan global besar terbaru yang diselamatkan.

Karena pemerintah Jerman menyetujui bailout 9 miliar euro ($ 9,8 miliar) untuk salah satu maskapai penerbangan terbesar dunia itu.

Tetapi para analis telah memperingatkan bahwa korban ekonomi pandemi akan semakin menyakitkan bagi negara-negara yang jauh lebih miskin daripada negara-negara Barat.

Di Maladewa, tujuan impian bagi pasangan yang berbulan madu, puluhan ribu pekerja asing yang miskin telah terdampar.

Resor Anantara Dhigu di Maladewa merupakan salah satu tempat favorit untuk tempat berlibur keluarga Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud. (Anantara Dhigu)

Mereka menganggur dan dikucilkan saat negara kecil itu menutup semua resor untuk menghentikan virus.

"Kami butuh uang untuk bertahan hidup. Kami membutuhkan pekerjaan kami," kata Zakir Hossain, pekerja yang sebelumnya bisa mengirim sekitar 80 persen dari upahnya $ 180 sebulan kepada istri dan empat anaknya di Bangladesh sebelum wabah.

"Saya mendengar bahwa jika seorang pekerja Bangladesh meninggal di sini, mereka tidak mengirim tubuhnya kembali dan dia dimakamkan di sini."

"Aku khawatir apa yang akan terjadi jika aku mati," ucapnya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini