TRIBUNNEWS.COM - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan tidak akan membuka sekolah hingga vaksin Covid-19 ditemukan dan tersedia.
Keputusannya ini dilakukannya meski negara-negara lain mulai membuka sekolah.
Duterte mengatakan membiarkan anak-anak ke sekolah tanpa adanya vaksin sama halnya dengan bencana.
"Saya tidak akan membiarkan pembukaan kelas di mana siswa akan berada di dekat satu sama lain," jelasnya, dikutip dari Al Jazeera.
"Kecuali aku yakin mereka benar-benar aman, tidak ada gunanya membicarakan pembukaan kelas," tambahnya.
Baca: Bea Cukai, Karantina, dan Pemkab Sumbawa Bersinergi Asistensi Ekspor Jagung ke Filipina
Baca: 95 WNI di Filipina Pulang ke Indonesia, Di antaranya Jamaah Tabligh dan Siswa Sekolah Pilot
Anak-anak dijadwalkan kembali ke sekolah pada akhir Agustus 2020 ini.
Sebelumnya, sebanyak 25 juta siswa sekolah dasar hingga menengah di Filipina harus bersekolah di rumah karena penguncian negara sejak Maret 2020 lalu.
Terkait rencana pembukaan sekolah pada Agustus, Duterte menilai hal itu terlalu berisiko.
Duterte bersikeras meski memperpanjang masa non-aktif sekolah akan menghambat proses akademik siswa.
"Buat saya, vaksin dulu. Kalau vaksinnya sudah ada, maka tidak apa-apa."
"Jika tidak ada yang lulus, maka jadilah itu," jelasnya.
Hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia dan tidak ada obat yang mampu menyembuhkan Covid-19, penyakit pernapasan yang sangat menular yang disebabkan oleh virus corona baru.
Baca: Presiden Duterte Ancam Tembak Mati Pelanggar Aturan Lockdown di Filipina
Baca: Sering Kritik Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Stasiun TV dan Radio Ini Diberedel Pemerintah
Meski seluruh peneliti di dunia sedang berlomba menemukan vaksin penyakit ini, belum ada yang terbukti berhasil atau layak didistribusikan dalam skala besar.
"Virus corona belum hilang meskipun ada jarak sosial dan akan terus menyebar sampai ada vaksin," kata pakar penyakit menular, Amesh Adalja dari Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins.
"Kita akan memiliki gelombang kedua dan ketiga jika tidak ada vaksin."
"Kita tahu bahwa virus corona secara umum, mempercepat penyebarannya pada musim gugur dan musim dingin karena kondisi lingkungan mendukung penularannya," jelasnya.
Departemen Kesehatan Filipina mencatat 14.319 infeksi dan 973 kematian pada Senin (25/5/2020) lalu.
Metro Manila dan daerah berisiko tinggi infeksi berada di bawah penguncian yang santai sampai 31 Mei.
Bahkan beberapa industri dan perusahaan diizinkan beroperasi meski terbatas.
Sekolah umum biasanya berjalan dari Juni hingga April di Filipina.
Tetapi pemerintah mendorong pembukaan kembali pada 24 Agustus, karena kasus meningkat dan penguncian yang ketat membuat sebagian besar negara terhenti.
Baca: Perluas Respon Terhadap COVID-19 bagi Perusahaan-Perusahaan di Asia
Baca: Tak Dipanggil Shin Tae-yong untuk Piala Asia U19, Bagus Kahfi Incar Piala Dunia U20
Tetapi Departemen Pendidikan menekankan pembukaan sekolah tidak harus pembelajaran tatap muka di kelas.
"Pembukaan fisik sekolah akan tergantung pada tingkat keparahan risiko atau klasifikasi suatu daerah," jelas Departemen Pendidikan ketika mengumumkan kalender akademik baru.
Untuk mengurangi kepadatan kelas, Kementerian Pendidikan telah mengumumkan campuran langkah-langkah pembelajaran jarak jauh, termasuk kelas online, yang akan digunakan untuk tahun ajaran yang akan datang.
Sayangnya jutaan orang di negara ini tidak memiliki akses komputer di rumah.
Beberapa orang tua memutuskan mengajari anaknya sendiri, dengan bantuan instruksi dari sekolah.
Pandemi corona telah memaksa anak-anak di seluruh dunia bersekolah secara daring selama berminggu-minggu.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)