Ho yang memiliki empat istri dan 17 anak itu tiba di Makau sebagai orang miskin dengan modal di kantung hanya 10 dolar Hong Kong.
Di Makau Ho mulai berdagang apa saja.
Tak lama kemudian, dia mendapatkan pekerjaan di pemerintahan Makau sebagai petugas barter dengan Jepang.
Berangkat dari pengalaman tersebut, Ho memberanikan diri membuka perusahaan dagangnya sendiri dan dia menjadi miliarder.
Baca: Daftar 25 Daerah di Indonesia yang mulai Bersiap Terapkan New Normal, di Mana Saja?
Ho kemudian memenangkan tender membangun kasino pertama di Kota Makau dari pemerintahan Portugal pada 1962.
Dari situ Ho kemudian mengembangkan bisnisnya ke perhotelan, sewa helikopter, hingga pacuan kuda.
Salah satu hotel terbesarnya adalah Grand Lisboa.
Bisnis Ho terus berkembang seiring perkembangan Makau menjadi "Las Vegas Asia" dengan menghasilkan keuntungan besar dari bisnis kasino yang legal.
Baca: Mau Jual Rumah Olga, Billy Syahputra Dibentak Nagita Karena Tidak Sopan ke Orangtua
Ketika kekayaannya tumbuh besar, ia mengembangkan sayap di Hong Kong dan Korea Utara.
Pada pertengahan 2018 Ho sempat pensiun mengurusi bisnis-bisninya itu.
Putrinya, Daisy Ho, kemudian melanjutkan gurita bisnis Ho.
Daisy menjadi Ketua dan Direktur Eksekutif di SJM Holdings Ltd.
Sementara Angela Leong, pemegang saham kedua SJM yang disebut Ho sebagai istri keempatnya, menjadi Co-Chair bersama dengan Direktur Eksekutif lainnya.
Namun, suksesi bisnis itu kemudian justru membawa pada perseteruan di tengah keluarga, karena anak-anak dan istri Ho saling berebutan harta kekayaan.
Baca: Antisipasi Kecurangan, Polisi Bakal Periksa QR Code Untuk Pastikan Keaslian SIKM Pengguna