TRIBUNNEWS.COM - Kematian George Floyd (46) akibat diinjak polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, pada Senin (25/5/2020) lalu memicu gerakan demo di berbagai wilayah.
Demo membela George Floyd di antaranya terjadi di Kota New York yang diwarnai dengan kekerasan hingga 40 demonstran ditangkap polisi.
Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, demo di New York terjadi pada Kamis (28/5/2020) malam.
Pihak kepolisian New York atau NYPD menyebut banyak polisi yang menjadi korban demo ricuh itu.
Mulai dari petugas polisi yang dipukul dengan tong sampah hingga ditinju oleh demonstran.
Bahkan beberapa demonstran nekat meludahi para anggota polisi padahal saat ini pandemi corona menuntut semua orang untuk mengenakan masker dan jaga jarak.
Tak hanya itu, ada juga demonstran yang berusaha merebut pistol milik polisi serta membawa pisau.
Juru bicara kepolisian menyayangkan demo yang berakhir ricuh itu.
Baca: Bela George Floyd, Donald Trump Sebut Wali Kota Minneapolis Lemah hingga Ancam Turunkan Tentara
Baca: Tak Hanya Polisi, Adik George Floyd Sebut Tenaga Medis juga Perlakukan Kakaknya Tak Manusiawi
"Protes dengan damai adalah cara terbaik untuk protes," ujar juru bicara.
Akibat kericuhan itu, empat anggota polisi dengan kondisi darurat harus dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Di sekitar Taman Union Square, lebih dari lima orang ditangkap akibat melempari botol kepada polisi.
Total ada lebih dari 40 orang yang ditangkap akibat kericuhan itu.
Baca: Polisi yang Terlibat Tewasnya George Floyd Rupanya Punya Catatan Buruk, Sering Bertindak Semena-mena
Baca: Sambil Menangis, Adik George Floyd Minta Polisi yang Injak sang Kakak hingga Tewas Dihukum Mati
Donald Trump Soroti Demo yang Ricuh
Presiden AS Donald Trump turut menanggapi kematian George Floyd.