TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 120 peneliti dan profesional medis dari seluruh dunia telah menulis surat terbuka kepada editor Lancet.
Diketahui, penelitian global yang tengah dikembangkan dalam rangka mencari obat untuk Covid-19, menimbulkan keprihatinan serius.
Mengutip dari The Guardian, berbagai pertanyaan yang timbul, kemudian mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menghentikan beberapa uji klinis Covid-19.
Pada Kamis, Guardian Australia mengungkapkan, data Australia dalam penelitian tersebut, yang diterbitkan minggu lalu, tidak sesuai dengan catatan atau database Departemen Kesehatan.
Lebih lanjut, studi ini menemukan pasien Covid-19 yang menerima obat malaria hidroksiklorokuin meninggal.
Baca: Prancis Larang Penggunaan Hidroksiklorokuin, Obat yang Diklaim Trump Sembuhkan Covid-19
Baca: Rusia Tak Akan Larang Hidroksiklorokuin, Obat yang Dikonsumsi Trump untuk Lawan Covid-19
Tingkat kematian pasien yang diberikan hidroksiklorokuin pun lebih tinggi.
Selain itu, pasien yang diberi hidroksiklorokuin mengalami lebih banyak komplikasi terkait jantung daripada pasien virus lainnya.
Peringatan agar Tak Gunakan Hidroksiklorokuin
Lebih jauh, pemerintah di seluruh dunia memperingatkan agar tidak menggunakan hidroksiklorokuin untuk mengobati atau mencegah virus.
Peringatan ini muncul setelah pemerintah di seluruh dunia menyoroti efek samping hidroksiklorokuin, yang berpotensi toksik dan menyebabkan kelainan jantung.
Laporan serius tentang kerusakan diketahui karena orang melakukan pengobatan sendiri dengan hidroksoklorokuin dan obat-obatan terkait selama pandemi.
Prancis Larang Penggunaan Hidroksiklorokuin, Obat yang Diklaim Trump Sembuhkan Covid-19
Lebih lanjut, Prancis kabarnya telah melarang penggunaan obat anti-malaria kontroversial hidroksiklorokuin untuk mengobati orang dengan Covid-19.
Langkah ini dilakukan mengikuti publikasi temuan awal dari studi skala besar yang menemukan hidroksiklorokuin tidak memberikan manfaat kepada pasien, dan sebenarnya bisa berbahaya.