Provinsi-provinsi utara, yang berbagi perbatasan dengan China, diminta bekerja dengan badan-badan keamanan dan pertanian yang relevan dalam mengendalikan transportasi produk secara ketat.
Sementara itu menurut SCMP pada 12 April 2020, virus ini belum diketahui dampaknya bagi manusia.
Namun, industri udang di Guangdong khawatir virus ini akan membunuh ribuan udang dengan skala yang sama dengan krisis demam babi Afrika.
Dimana wabah ini secara tragis membunuh 60 persen populasi babi di China.
"Tingkat infeksi dan mematikan virus sangat mengerikan," kata Wu Jinhong, seorang petani udang di kota Da'ao di kota Jiangmen.
"Hanya perlu dua atau tiga hari dari mendeteksi infeksi pertama untuk semua udang di kolam untuk terbunuh," tambahnya.
Petani setempat menjelaskan tanda-tanda pertama infeksi adalah udang mulai berubah warna kemerahan.
Setelah itu cangkangnya melunak dan tenggelam ke dasar tambak.
Baca: Liga Kamboja Bakal Susul Vietnam dan Thailand Gelar kompetisi lagi
Baca: Vietnam Berhasil Tangani Corona hingga Kini Nol Kematian, Reaksi Berlebihan Jadi Kunci Suksesnya
"(Virus itu tidak membeda-bedakan spesies dan menginfeksi) besar atau kecil, udang putih Pasifik atau udang air tawar raksasa," kata Zhong Qiang, petani udang lainnya di Kota Zhuhai.
"Setelah satu kolam terinfeksi virus, ada sedikit petani kami yang dapat melakukannya mengingat risiko sangat tinggi kolam terdekat terinfeksi beberapa hari kemudian," katanya.
Pada 2018, virus ini ditemukan di tambak udang dan operasi pembibitan di 11 provinsi menurut kata Qiu Liang, ungkap seorang peneliti dari Lembaga Penelitian Perikanan Laut Kuning.
Sedangkan pada 2019 lalu dua pertiga kolam tambak terinfeksi virus ini tepat pada musim semi dan semuanya harus segera dikeringkan.
Wabah mereda selama musim panas dan musim gugur ketika suhu lebih tinggi, tetapi kembali lagi pada Februari.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)