TRIBUNNEWS.COM - Pandemi corona telah mengubah sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi online atau daring.
Sayangnya metode pembelajaran online ini terkadang kurang berhasil di sejumlah tempat.
Kerap kali karena fasilitas tidak memadahi, dari gadget hingga jaringan internet.
Tidak jarang guru-guru berkecil hati karena beberapa siswa memakai alasan ini sebagai cara untuk menghindari tanggungjawab sekolah mereka.
Namun di luar itu semua, masih banyak siswa yang disiplin dan semangat menjalankan sekolah meski di rumah saja.
Baca: Siswa Hanya Boleh Masuk Kelas Lalu Pulang, Kantin Dilarang Buka, Ekstrakurikuler Ditiadakan
Baca: Warga Gerebek Dua Pasangan Siswa-Siswi yang Diduga Tengah Bermesraan di Kamar Kos
Salah satunya dilakukan seorang siswa dari Sabah, Malaysia ini.
Dikutip dari World of Buzz, Veveonah Mosibin rela menghabiskan 24 jam di atas pohon demi mendapatkan sinyal internet.
Peristiwa itu dia abadikan dalam video yang diunggah di kanal Youtube-nya.
Video bertajuk '24 Hours On Tree Challenge' itu berisi kegiatan Veveonah selama 24 jam menghabiskan waktu di atas pohon untuk menyelesaikan sejumlah ujian online.
Veveonah menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak berencana melakukan ujian di atas pohon.
Sebab sejak beberapa hari lalu dia sudah membangun gubuk kecil di atas bukit dimana dia bisa mendapatkan koneksi yang bagus.
Namun ketika tiba di lokasi gubuk, tempat yang dia persiapkan itu telah rusak sebagian.
Veveonah menduga angin atau hujan lebat menyebabkan gubuknya rusak.
Oleh karena itu dia akhirnya memutuskan untuk mencari solusi lain dengan memanjat pohon.
Membawa bakul berisi air mineral, tiga nasi, kelambu anti nyamuk, powerbank, dan ponsel, siswa ini mempersiapkan semua kebutuhannya sembari menunggu ujian dimulai.
Dia berhasil menyelesaikan beberapa ujian di atas pohon dengan lancar dengan sedikit gangguan dari lebah.
Namun bermalam di atas pohon bukanlah sesuatu yang mudah.
Sebab sepanjang malam Veveonah mengaku tidak bisa tidur nyenyak karena kedinginan dan mendengar suara aneh.
Terlepas dari sejumlah kendala itu, Veveonah tidak mengeluh dengan kondisinya.
Baca: Jadwal Masuk Sekolah dan Prinsip Aturan Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Baca: Anies Baswedan: DKI Baru Akan Buka Sekolah Setelah Benar-benar Aman, Saat Ini Belum Aman Bagi Anak
Bahkan dia berbagi pengetahuan tentang sumber daya alam yang ada di lingkungan tempatnya tinggal.
Veveonah sehari-hari mengambil getah karet dan bekerja di kebun bersama kedua orang tuanya.
Keluarganya biasa tidur pada pukul 7 malam untuk menghemat lilin.
Ini dikarenakan desa Veveonah belum mendapat akses listrik.
Begitulah cerita Veveonah sembari memakan nasi tanpa lauk yang terbungkus daun sebagai bekalnya seharian itu.
Ada baiknya cerita Veveonah menjadi penyemangat bagi siswa di luar sana agar tidak menyerah dengan keterbatasan.
Apalagi bila dikelilingi fasilitas lengkap seperti internet, ponsel, maupun gadget yang memadahi.
Sebab di saat siswa lain malas dengan dalih virus corona, ada siswa seperti Veveonah yang rela mengambil risiko demi mengenyam pendidikan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)