TRIBUNNEWS.COM - Duduk perkara konflik India-China yang semakin memanas, apa penyebabnya?
Setelah lebih dari empat dekade, pertikaian antara India dan China kembali berakibat fatal.
Setidaknya 20 tentara India tewas dalam perkelahian dengan pasukan China pada Senin (15/6/2020) di Lembah Galwan, dekat Aksai Chin, daerah yang dikuasai China, tapi diklaim kedua negara.
Dikutip Tribunnews dari CNN, kedua negara menuduh satu sama lain melangkahi perbatasan de facto, Garis Kontrol Aktual (LAC), yang membentang di sepanjang sektor barat lembah.
Kini, India dah China diketahui tengah berusaha mengurangi ketegangan.
Baca: Ketegangan India-China Bikin Resah Warga China yang Tinggal di India
Baca: China Vs India, Indonesia Minta Kedua Pihak Menahan Diri
China telah memindahkan sejumlah besar pasukan dan persenjataan ke wilayah tersebut, sementara India juga dilaporkan memperkuat posisinya.
Aksai Chin, wilayah yang diperebutkan, diklaim sebagai bagian dari Xinjiang oleh China dan Ladakh oleh India.
Sejarawan Inggris, Neville Maxwell, dalam bukunya mengenai wilayah tersebut, menggambarkan Aksai Chin sebagai wilayah tak bertuan.
Tapi, India dan China berperang memperebutkan wilayah itu pada 1962 yang menyebabkan ribuan orang dari dua negara tersebut tewas.
Mengapa Aksai Chin penting bagi India dan China?
Wilayah yang disengketakan
Masih mengutip CNN, LAC, perbatasan de facto yang didefinisikan secara longgar, muncul akibat perang perbatasan Sino-India pada 1962 yang dipicu pertikaian teritorial historis yang sudah berlangsung lama.
Maxwell dalam bukunya berjudul Perang China India, menuliskan kedaulatan atas wilayah Aksai Chin selalu agak membingungkan.
Sebagian besar, pada 1800-an, Himalaya merupakan fokus persaingan militer dan politik antara tiga kekaisaran, yakni Rusia, Inggris dan China.
Ketiganya mengklaim berbagai bagian wilayah tersebut.
Baca: Tidak Pernah Akur, Lebih Kuat Mana Militer China atau India?
Baca: Upacara Pemakaman 20 Prajurit India yang Tewas, PM Modi: Kematian Kalian Tidak Sia-sia
Dekolonisasi hanya membawa kebingungan dan antipati lebih lanjut, terlebih setelah Pakistan berpisah dari India setelah kemerdekaan.
Aksai Chin adalah bagian dari Kashmir yang lebih besar.
Setelah perang berdarah antara Pakistan dan India pada 1947, mengakibatkan pembagian wilayah Aksai Chin, perbatasan India dan China dibiarkan tak jelas.
"Sementara India mengakui apa yang disebut garis McMahon, China tidak pernah secara resmi menerimanya, (China) lebih memilih 'batas-batas kebiasaan' yang ada di antara orang-orang yang berdampingan selama beberapa dekade sebelumnya," terang analis Larrry Wortzel dalam sebuah laporan militer Amerika Serikat (AS).
Ini menciptakan status quo yang tak nyaman yang bertahan hingga saat ini, di mana tidak ada pihak cukup setuju dengan perbatasan.
Keduanya secara teratur menuduh satu sama lain melanggar batas atau berusaha memperluas wilayah.
Penjelasan para ahli
Asal usul krisis saat ini, menurut Harsh V Pant yang merupakan profesor Hubungan Internasional di King's College, London, Inggris, dapat ditemukan dalam pencabutan India dari status khusus yang diberikan pada Jammu dan Kashmir pada tahun lalu, serta pemisahan dari bekas India menjadi dua wilayah.
"Sejak saat itu ada kekhawatiran di China bahwa India akan membuat hidup China lebih sulit untuk maju," katanya.
"(Wilayah) yang menghubungkan China ke Pakistan, di mana mereka memiliki koridor ekonomi. Mereka khawatir tentang pencabutan (status khusus) India dan bagaimana India sekarang memandang Ladakh secara stratefis. Mereka juga khawatir dengan pembangunan infrastruktur," tutur dia, dilansir CNN.
Baca: Militer India: Tentara Kami Tewas Dipukuli Pentungan Paku oleh Serdadu China
Baca: Coba Kurangi Ketegangan di Perbatasan, China dan India Lakukan Perundingan Melalui Telepon
Krisi besar terakhir di wilayah ini, kebuntuan selama berbulan-bulan atas sengketa Doklam pada 2017, juga terkait pembangunan infrastruktur.
"Sebelumnya itu terutama di pihak China (yang membangun infrastruktur), tapi sekarang India telah meningkatkan infrastruktur di sepanjang sisi perbatasannya juga," terang Pant.
Ekspansi India atau penguatan signifikan apapun dari wilayahnya, dapat mengancam tujuan geostrategis China di Asia Tengah.
Hal ini disampaikan Happymon Jacob, profesor di Pusat Politik Internasional, Organisasi dan Perlucutan Senhata di Universitas Jawaharlal Nehru, Delhi.
"China telah menginvestasikan lebih dari 60 miliar dolar AS (untuk koridor ekonomi) dengan Pakistan," ujar dia.
Jacob menambahkan, hal itu adalah elemen penting dari rencana Presiden Xi Jinping untuk perdagangan dan pembangunan.
Tahun lalu, India menyelesaikan jalan baru yang sangat dekat dengan LAC.
Tujuan dari pembuatan jalan itu adalah untuk mendukung pasukan di sepanjang perbatasan, yang memungkinkan mereka mendapat suplai melalui jalan darat dari Daulat Beg Oldi.
Ini akan sangat membantu jika India ingin lebih memperkuat posisinya atau membangun instalasai militer di perbatasan.
"Beberapa tanda menunjukkan kemajuan China baru-baru ini sebagai respons terjadap jalan baru, yang mereka anggap sebagai perubahan status quo di LAC," beber Aidan Milliff, ahli kekerasan politik dan Asia Selatan di Massachusetts Institute of Technology.
Baca: India dan China di Ambang Perang, Negara Mana yang Terkuat Militernya?
Baca: Baku Hantam di Wilayah Sengketa, 20 Serdadu India Tewas Bentrok Dengan Militer Cina
"Status quo sebenarnya dapat ditoleransi untuk kedua negara - atau setidaknya, ketidaksukaan mereka terhadap status quo tidak begitu banyak, sehingga mereka akan membayar biaya untuk memperbaikinya," tuturnya.
"Masih belum jelas bagi saya, sebagai prinsip umum, apakah perselisihan ini dimulai dengan provokasi yang diperhitungkan secara hati-hati atau sebagai salah langkah dan kesalahpahaman," pungkas Milliff.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)