Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemilihan Gubernur Tokyo akan diadakan Minggu (5/7/2020). Untuk bisa ikut kampanye Pemilu, yang paling penting salah satunya adalah membayar uang deposito 3 juta yen.
"Apabila saat pemilu nanti kita tak bisa memperoleh sedikitnya 10 persen dari suara yang sah, maka uang tersebut akan disita negara. Tapi kalau jumlah perolehan suara lebih dari 10 persen maka uang akan dikembalikan penuh," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat (3/7/2020).
Bagi orang Jepang 3 juta yen tidaklah kecil.
Berbagai upaya pasti dilakukan untuk pinjam dan sebagainya supaya dapat 3 juta yen.
Itu hanya untuk panitia pemilu saja. Lalu bagaimana dengan persiapan calon atau peserta pemilu?
Uang pembuatan poster, uang pembuatan kantor pemilu untuk tempat kumpul rapat dan kegiatan kampanye, keliling kampanye, kendaraan, bensin, makan minum dan sebagainya bisa habis sedikitnya 5 juta yen.
Baca: Jelang Pemilihan Gubernur Tokyo Jepang, Kehidupan Pribadi Yuriko Koike Mulai Diusik
Baca: Oposisi Jepang Masih Cari Kandidat untuk Pemilihan Gubernur Tokyo
Artinya dengan biaya tambahan lainnya, sedikitnya kita harus siapkan 10 juta yen hanya untuk bisa ikut jadi peserta pemilu ibu kota Jepang, Tokyo, selama lebih dari dua minggu kampanye. Belum lagi tahap persiapan sebelumnya.
Tokyo memiliki sekitar 13 juta penduduk. Kalau 10 persen berarti harus bisa meraih kepercayaan kira-kira 1,3 juta suara yang ada dan hal itu tidaklah mudah.
Namun beberapa orang yang kaya justru memanfaatkan masa kampanye untuk kampanye dirinya sendiri dengan memunculkan wajah sang calon ketua partainya saja seperti Takafumi Horie atau biasa dijuluki Horiemon (karena seperti Doraemon).
Dia membuat partai sendiri dengan nama Horiemon shin-to (partai baru Horiemon).
Bahkan di papan kampanye begitu getolnya publikasi wajahnya ditampilkan di dua kotak calon peserta pemilu, yang sebenarnya untuk calon lain yang berasal dari partai Horiemon.
"Dia kelihatan rakus, ingin popularitas dari dulu, pikirannya hanya uang saja yang ada di kepala dan pikirannya. Dia yang merusak citra anak muda Jepang yang hanya berpikiran uang saja," kata Suzuki, seorang warga Tokyo anak muda Jepang kepada Tribunnews.com, Jumat (3/7/2020).
Calon peserta pemilu lain ada pula yang mantan Wakil Gubernur Kumamoto. Juga mantan ketua federasi pengacara Jepang yang sudah tiga kali mencalonkan diri gagal terus.