Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM - Maskapai penerbangan terbesar asal India, IndiGo menyatakan sangat sulit bertahan dari hantaman wabah virus corona atau Covid-19.
Mengutip dari laman situs BBC pada Rabu (21/7/2020), IndiGo mengatakan akan kehilangan 10 persen dari karyawannya akibat adanya penurunan pendapat akibat Covid-19.
Menurut laporan BBC, pada Juni 2020 IndiGo telah melakukan pemangkasan biaya sebesar 40 miliar rupee atau setara dengan 533 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Baca: Pemerintah Prancis Batasi Penerbangan Maskapai dari China
Baca: Maskapai Jet2 Umumkan Aturan Penumpang yang Ingin Terbang di Tengah Pandemi Covid-19
Dalam sebuah surat dari Kepala Ekskekutif IndiGo, Ronojoy Dutta, pihaknya memang harus melakukan beberapa pengorbanan.
"Kami tidak mungkin untuk terbang melalui badai ekonomi ini, tanpa adanya pengorbanan untuk mempertahankan operasional bisnis," ucap Ronojoy.
Maskapai IndiGo sendiri saat ini memperkerjakan sekitar 24 ribu orang, apabila ada pemangkasan karyawan sebesar 10 persen maka setidaknya 2.400 orang akan dipangkas.
IndiGo memiliki grafik yang baik, dengan menjadi maskapai terbesar di India dengan pangsa pasar 48,9 persen pada Maret 2020 dan selalu meraup keuntungan selama 10 tahun berturut-turut.
Sementara itu menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang memiliki 290 anggota maskapai penerbangan mengatakan, pendapatan akan turun menjadi 419 miliar dolar Amerika dan turun 50 persen dibandingkan tahun lalu.
Langkah penghematan biaya oleh maskapai karena dampak Covid-19 ini, menyebabkan maskapai memotong frekuensi pesawat yang mereka operasikan karena sepinya penerbangan.
Kemudian pada pekan lalu British Airways juga telah mengumumkan, bahwa mereka akan pensiunkan seluruh armada Boeing 747 karena menderita kelesuan perjalanan yang tajam.