News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Permohonan SIM hingga Akta Lahir Membludak, Pegawai Negeri Inggris Diminta Bekerja di Kantor

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meninggalkan Downing Street nomor 10 di London pusat pada 18 Maret 2020, dalam perjalanan ke House of Commons untuk menghadiri Pertanyaan Perdana Menteri (PMQ) Parlemen Inggris

Johnson dikabarkan meyakini skema kerja di rumah mengurangi produktivitas.

"Saya ingin melihat upaya besar negara untuk secara psikologis berhenti memikirkan virus corona sebagai sesuatu yang membatasi melakukan sesuatu dan mulai menangani masalah rakyat Inggris," kata Johnson saat kunjungan ke London timur.

Sayangnya keinginan Perdana Menteri Johnson tidak sejalan dengan kebijakan para perusahaan.

Perusahaan merasa bekerja dari rumah merupakan solusi dari risiko penularan Covid-19 lebih lanjut.

Bahkan sejumlah bos perusahaan berharap bekerja dari rumah akan menjadi normal baru.

Menurut perhitungan Daily Mail, terdapat 60 perusahaan top Inggris yang belum berencana membuka kantor sebagaimana dulu.

Hanya sedikit perusahaan yang berencana kembali bekerja di kantor dalam dua bulan ke depan.

Baca: PM Inggris, Boris Johnson Minta Warga Kembali Kerja dan Rilis Slogan yang Bingungkan Publik

Baca: Siaran Langsung Liga Inggris: MU, Chelsea, Leicester ke Liga Champions, Aston Villa Jauhi Degradasi

Coca Cola (BrightSide)

Coca-Cola, Facebook, Google, Pearson, RBS, dan Vodafone yang mempekerjakan 70.000 staf, tidak berencana membuka kantor hingga tahun depan.

Setelah sempat mengalami lonjakan Covid-19 hingga menjadi negara Eropa dengan kasus yang tinggi, Inggris kini sudah mulai menata negaranya.

Worldometers pada Sabtu (25/7/2020) mencatat 297.914 kasus infeksi.

Adapun jumlah korban jiwa mencapai 45.677 dan pasien sembuh tidak diketahui angkanya.

Inggris menduduki posisi ke-10 negara dengan kasus infeksi terbanyak di dunia.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini