News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan di Beirut

Pakar Penjinak Bom Sebut Ledakan di Beirut Bukan dari Bubuk Mesiu atau Amunisi, ini Analisisnya

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap membubung menyerupai cendawan terlihat dari distrik Hamra di pusat Kota Beirut menyusul terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Anwar Amro

TRIBUNNEWS.COM - Terjadi ledakan di Beirut, ibu kota Lebanon, pada Selasa (4/8/2020), sekira pukul 18.07 waktu setempat.

Sedikitnya 78 orang meninggal dunia dan melukai hampir 4.000 orang lainnya akibat insiden tersebut.

Baca: Eks Bintang Film Dewasa Mia Khalifa Tanggapi Ledakan di Beirut Lebanon, Menduga Adanya Konspirasi

Insiden ledakan di Beirut itu diduga berasal dari ledakan sekira 2.750 ton Amonium Nitrat di salah satu gudang yang ada di pelabuhan Kota Beirut.

Ledakan yang berasal dari tepi pantai ini menimbulkan gelombang kejut dengan jangkauan yang sangat luas, menyebabkan hancurnya jendela-jendela bangunan sekitar serta guncangan yang cukup besar.

Kedahsyatan ledakan itu juga dapat disaksikan melalui sejumlah unggahan video amatir yang sempat menangkap momen terjadinya ledakan.

Melansir Sky News, Rabu (5/8/2020) berbekal pengamatan video dan keterangan dari para saksi mata, Chris Hunter, seorang pakar penjinak bom memaparkan analisisnya terkait ledakan di Beirut.

Mantan pejabat intelejen Inggris ini mengatakan, dilihat dari asap ledakan yang berwarna putih, merah muda, dan merah, kemungkinan besar ledakan di Beirut tidak disebabkan oleh bubuk mesiu maupun amunisi.

"Ketika terjadi sebuah ledakan, biasanya ada dua jenis asap yang muncul, antara hitam atau putih. Jika asap berwarna hitam, maka ledakan dipastikan terjadi akibat peledak yang biasa digunakan militer atau teroris," kata Hunter.

Sementara, jika yang muncul adalah asap berwarna putih maka ledakan terjadi akibat bahan peledak dengan daya ledak rendah.

"Dari pengamatan saya, warna merah gelap berasal dari api, yang kemungkinan berasal dari material terbakar, furnitur, atau cat. Bisa juga berasal dari kepulan debu di area itu," kata Hunter, yang bergabung dengan militer sejak usia 16 tahun.

Ini juga yang menentukan apakah bahan peledak memiliki daya ledak tinggi atau rendah.

Daya ledak tinggi ditandai dengan gelombang kejut supersonic, sementara daya ledak rendah mengakibatkan kebakaran.

"Hal pertama yang terpikirkan ketika saya melihat ledakan besar ini adalah, sangat tidak mungkin berasal dari bubuk mesiu atau amunisi. Lebih cocok dengan sesuatu yang berdaya ledak rendah, seperti ledakan kembang api," kata Hunter.

Tidak Melulu Bahan Peledak

Ledakan tidak hanya dipicu oleh bahan peledak.

Seringkali, campuran debu dan bahan mudah terbakar bisa memicu terjadinya ledakan.

"Jadi, tempat-tempat seperti pabrik serbuk gergaji, pabrik tepung, dan pabrik gula juga dapat menyebabkan ledakan. Bisa saja salah satu dari bahan mudah terbakar tersulut dan kemudian memicu terjadinya ledakan," kata Hunter.

Pejabat keamanan Lebanon menyatakan bahwa area terjadinya ledakan dipenuhi dengan bahan mudah meledak, tetapi bukan bahan peledak.

Apa bedanya? Hunter menjelaskan, ada bahan-bahan yang jika dipicu dengan tepat, bisa menyebabkan terjadinya ledakan.

Misalnya, tabung oksigen di rumah sakit bisa meledak jika dipanaskan pada suhu yang tepat.

Contoh lain, misalnya gas LPG yang biasa digunakan sehari-hari, dalam kondisi tertentu gas LPG juga bisa meledak.

Saat bubuk mesiu atau bahan kembang api ditaruh dalam wadah tertutup, lalu disulut dengan api, permukaan material itu akan terbakar secara merata.

Pembakaran itu juga melepaskan gas.

Satu hal yang unik dari bahan peledak dengan daya ledak rendah adalah jika tekanan dinaikkan, ditambah dengan api, dan ditaruh dalam wadah tertutup yang tidak memungkinkan gas untuk keluar, maka terjadilah ledakan.

Kota yang padat Menurut Hunter, salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh regu pemadam kebarakaran adalah apakah seluruh material sudah benar-benar meledak.

"Kita melihat ledakan yang sangat besar. Namun, ketika pemadam kebakaran pergi ke sana, mereka tidak hanya berhadapan dengan kobaran api. Ada risiko tewas, bangunan yang runtuh, dan kita tidak tahu apakah semua material sudah meledak, atau masih ada yang belum terpicu," kata Hunter.

Pada 2005, terjadi kasus pembunuhan mantan Perdana Menteri Beirut Rafik al-Hariri yang tewas akibat ledakan bom mobil di pusat kota Beirut.

Hunter menjadi saksi ahli dalam persidangan yang digelar di Hague.

Baca: Kesaksian Korban Selamat Ledakan di Beirut, Lebanon: Gedung Runtuh, hingga Tak Percaya Masih Hidup

"Beirut adalah kota dengan populasi yang padat. Meski ada pemadam kebakaran dan layanan darurat lainnya, kota manapun yang mengalami dan menyaksikan ledakan sedahsyat ini, pada awalnya akan kesulitan untuk segera menanganinya," kata Hunter.

"Khususnya, Beirut hanya memiliki sedikit angkutan umum dan jalan raya yang terbatas. Jadi, ada kemungkinan besar terjadinya kemacetan yang tentunya menghambat penanganan pertama," imbuhnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Ledakan di Beirut, Ini Analisis Pakar Penjinak Bom terkait Penyebabnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini