TRIBUNNEWS.COM - Presiden Lebanon Michel Aoun menetapkan keadaan darurat selama dua pekan pasca ledakan gudang di Pelabuhan Beirut, Selasa (4/8/2020), pukul 18.00 waktu setempat.
Sebagai tanggapan atas bencana ini, Michel Aoun kemudian mengadakan pertemuan kabinet yang bersifat mendesak pada Rabu (5/8/2020).
Michel Aoun menambahkan, pemerintah akan menyiapkan dana darurat sekira Rp 963 miliar.
Mengutip BBC, akibat ledakan gudang di pelabuhan Beirut, 78 orang dilaporkan meninggal dunia dan hampir 4.000 orang lainnya terluka.
Lebanon kemudian menyerukan hari berkabung selama tiga hari, mulai Rabu (5/8/2020) hingga Sabtu (8/8/2020).
Baca: Presiden Libanon Sebut Dugaan Sumber Ledakan Dashyat yang Guncang Beirut
Baca: Indonesia Sampaikan Duka Cita Atas Peristiwa Ledakan di Beirut
Jumlah Korban Tewas Sudah Mencapai 100 Orang
Lebih jauh, data terbaru yang dikutip Tribunnews dari Reuters mengatakan korban tewas akibat ledakan itu sudah mencapai 100 orang.
Palang Merah Lebanon mengatakan kepada LBCI TV, saat ini tengah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan agar rumah-rumah duka mau menampung jasad korban.
Sebab, rumah sakit setempat sudanh kewalahan menerima korban ledakan.
Baca: UPDATE Korban Tewas Akibat Ledakan Amoium Nitrat di Beirut Tembus 100 Orang
Amonium Nitrat Disimpan di Gudang 6 Tahun
Secara terpisah, Al Jazeera melaporkan, para pejabat Lebanon menyatakan, jumlah korban bisa jadi akan terus meningkat, seiring proses evakuasi yang masih berjalan.
Diketahui, sekira 2.750 ton amonium nitrat tersimpan di dalam gudang tersebut selama enam tahun tanpa langkah pengamanan ketat.
Material yang biasa digunakan dalam pupuk dan bahan peledak ini dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan.
Aoun pun menegaskan hal tersebut tak data diterima.
Baca: TRIBUNNEWSWIKI - Mengetahui Amonium Nitrat, Senyawa Kimia yang Diduga Picu Ledakan Lebanon
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Libanon Klaim Tak Bertanggungjawab Atas Ledakan
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Lebanon,Badri Daher angkat bicara terkait ledakan di gudang pelabuhan ini.
Dia menegaskan pihaknya bukanlah yang harus bertanggungjawab atas amonium nitrat yang memicu ledakan besar yang menewaskan 100 orang itu.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Daher menyalahkan Kepala Pelabuhan Beirut Hassan Koraytem.
"Mereka yang bertanggungjawab, dan saya bisa memberitahu Anda bahwa bahan ini seharusnya tidak ada di sana, itu seharusnya tidak ada di tempat pertama," sebutnya.
Baca: Analisis Ahli Soal Penyebab Ledakan di Beirut Lebanon: Seperti Ledakan Kembang Api, Bukan Bom
Ahli Bahan Peledak: Seperti Kembang Api
Lebih jauh, ahli bahan peledak, Chris Hunter, memberikan pendapat mengenai ledakan hebat di Ibukota Lebanon, Beirut.
Hunter mempelajari beberapa video dan saksi mata tentang ledakan tersebut.
Mengutip Sky News, Hunter mengatakan, hanya dengan beberapa detik rekaman amatir dan pengakuan saksi mata, para ahli bahan peledak dapat menemukan tanda-tanda penyebab ledakan.
Sebagai catatan, Chris Hunter juga merupakan operator pembuangan bom anti-terorisme.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Inza)