News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan di Beirut

Ucapan Donald Trump soal Ledakan di Beirut Terjadi karena Serangan, Membuat Pejabat Lebanon Khawatir

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah ledakan dahsyat di gudang-gudang pelabuhan dekat Beirut tengah menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai 2.750 orang lainnya. Ledakan ini mengirimkan gelombang kejut yang menghancurkan jendela, menghancurkan batu dan mengguncang tanah di ibukota Lebanon.

TRIBUNNEWS.COM - Terkait dugaan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menyebut ledakan di Beirut karena serangan, membuat pejabat Lebanon khawatir.

Diketahui, pada Selasa (4/8/2020) malam, Donald Trump memberikan pernyataan terkait ledakan di Beirut, Lebanon.

Dalam konferensi persnya, Trump mengatakan ada indikasi serangan dalam insiden ledakan di Beirut.

"Saya mulai dengan mengirimkan simpati terdalam Amerika pada orang-orang Lebanon, di mana laporan menunjukkan banyak, banyak orang tewas, ratusan lainnya terluka parah, dalam ledakan besar di Beirut," kata Trump pada konferensi pers, Selasa malam, dilansir CNN.

"Doa kami ditujukan pada korban dan keluarga mereka. Amerika Serikat siap membantu Lebanon," imbuhnya.

Baca: Penyebab Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Presiden dan PM Janjikan Investigasi

Baca: Ledakan di Beirut Lebanon, Saksi Mata: Seluruh Kota Hitam, Orang-orang Berlumuran Darah

Lebih lanjut, Trump menyebut ledakan yang terjadi di Beirut adalah karena bom.

Anggapan ini, ujar Trump, didapat setelah ia bertemu dengan beberapa jenderal besar.

"Sepertinya (ledakan di Beirut) serangan yang mengerikan," tandas dia.

"Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar dan mereka sepertinya merasa itu bukan - semcam jenis peristiwan ledakan manufaktur."

"Ini (ledakan di Beirut) - menurut mereka - mereka lebih tahu daripada saya, semacam bom," bebernya.

Mengenai hal itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan pemerintah Lebanon masih melakukan penyelidikan terkait penyebab ledakan.

Mengutip CNN, Pompeo menyebut AS menantikan hasilnya.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, sebelumnya mengungkapkan penyebab ledakan di Beirut, Lebanon, terjadi karena sekitar 2.750 ton amonium nitrat, yang merupakan bahan peledak, disimpan di sebuah gudang selama enam tahun terakhir.

Gudang penyimpanan itu hanya berjarak beberapa menit dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan malam yang populer.

Bahan itu, kata Kepala Keamanan Umum Lebanon, telah disita bertahun-tahun lalu.

Baca: Ledakan di Beirut, Seluruh Personel TNI Anggota Satgas Kontingen Garuda Dipastikan Aman

Baca: Kemenlu RI Sebut Ada Satu WNI Jadi Korban Luka dalam Ledakan di Beirut, Lebanon: Kondisi Stabil

Hingga saat ini, para pejabat Lebanon pun belum menyebut ledakakan di Beirut akibat serangan.

Penuturan Saksi Mata

Beberapa saksi mata menuturkan kronologi ledakan di Beirut yang menewaskan sekitar 73 orang dan melukai 4.000 korban.

Dikutip Tribunnews dari BBC, seorang saksi mata bernama Hadi Nasrallah mengatakan awalnya ia melihat api.

Namun, saat itu, Nasrallah mengaku tak tahu jika akan terjadi ledakan besar.

Tiba-tiba saja ia kehilangan pendengaran karena ternyata tempat dirinya berada sangat dekat dengan lokasi kejadian.

Selama beberapa detik kehilanan pendengaran, Nasrallah tahu ada yang salah.

Suara ledakan terdengar keras dan bangunanpun bergetar.

Setelahnya, tampak kaca-kaca mobil dan bangunan di sekitar Nasrallah pecah.

Bahkan, kaca-kaca di bangunan tinggi juga turut pecah dan turun ke bawah.

Baca: Pascaledakan di Beirut Lebanon, Prancis Jadi Negara Pertama yang Kirim Bantuan

Baca: Kesaksian Masyarakat Lebanon Tentang Ledakan di Beirut, Ada yang Tak Percaya Masih Bisa Hidup

Lebih lanjut, Nasrallah menuturkan orang-orang di Beirut mulai memanggil satu sama lain.

"Kami kaget, karena saat hal seperti ini terjadi, hanya satu daerah yang terkena dampaknya."

"Tapi, kali ini semua Beirut (terkena), bahkan daerah di luar Beirut," ungkapnya.

Selain Hadi Nasrallah, seorang jurnalis bernama Sunniva Rose, juga mengisahkan kronologi ledakan di Beirut menurutnya.

Ketika ledakan terjadi, Rose tengah mengemudi menuju Beirut pada Selasa sore.

Ia lalu menyaksikan sendiri kekacauan terjadi.

Jalanan di Beirut, kata Rose, tertutup kaca, batu bata, serta pecahan bangunan, dan membuat ambulans sulit lewat.

Rose menambahkan, hingga Selasa malam masih terlihat asap membumbung tinggi.

Seluruh kota Beirut pun tampak gelap dan suram.

"Masih ada asap naik ke langit menjelang malam. Seluruh kota hitam."

Baca: Ledakan di Beirut, KBRI: Kondisi WNI Aman

Baca: DERETAN Foto-foto Dahsyatnya 2 Ledakan Bom Guncang Beirut: 50-an Orang Tewas, Ribuan Luka-luka

"Sangat sulit untuk berjalan, orang-orang berlumuran darah."

"Saya melihat seorang wanita berusia 86 tahun dirawat seorang dokter yang rumahnya runtuh, menggunakan peralatan P3K seadanya."

"Mobil-mobil hancur total karena runtuhan batu," tutur Rose.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini