Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Manajer Umum Pelabuhan Beirut Hassan Koraytem menceritakan bagaimana amonium nitrat penyebab ledakan dahsyat di Ibukota Libanon bisa berada di gudang Pelabuhan Beirut.
Dikutip Tribunnews dari www.24france.com, Hassan mengatakan kejadian itu bermula pada tahun 2013 silam.
Sebuah kapal berbendera Moldova bernama Rhosus memasuki pelabuhan Beirut karena masalah teknis saat pelayaran dari Georgia menuju Mozambik.
Baca: Warga Beirut Minta Pertolongan Presiden Perancis Emmanuel Macron
Saat berlabuh Rhosus diperiksa otoritas Pelabuhan Beirut.
Otoritas pelabuhan menemukan bahwa kapal Rhosus mengangkut amonium nitrat penyebab ledakan dahsyat di Beirut Selasa (4/8) lalu.
Awak kapal Rhosus kemudian diinspeksi dan dilarang pergi.
Baca: Satu Karyawan kedutaan Jerman Termasuk yang Tewas dalam Ledakan Beirut
Namun, tak lama kemudian Rhosus ditinggalkan oleh pemiliknya secara diam-diam.
Hal itu memicu beberapa tuntutan hukum, hingga kargo Rhosus -amonium nitrat yang diangkut- disimpan di gudang pelabuhan untuk alasan keamanan.
"Amonium nitrat yang digunakan sebagai pupuk dan bahan peledak telah berada di gudang pelabuhan Beirut selama enam tahun," ungkap Hassan.
Baca: Satu Karyawan kedutaan Jerman Termasuk yang Tewas dalam Ledakan Beirut
Hassan mengatakan, kepala pelabuhan dan kepala otoritas bea cukai telah menulis surat kepada pengadilan beberapa kali.
Meminta agar bahan kimia tersebut diekspor atau dijual untuk memastikan keamanan pelabuhan Beirut.
"Mereka telah mengetahui bahwa materi itu berbahaya ketika pengadilan pertama kali memerintahkannya untuk disimpan di gudang, tetapi tidak sampai sejauh ini," ujarnya.
Baca: KBRI Imbau WNI Tak Dekati Lokasi Ledakan di Beirut
Ledakan dahsyat amonium nitrat yang disimpan di gudang Pelabuhan Beirut mengguncang Libanon.
Ledakan itu menewaskan sedikitnya 137 orang dan melukai sekitar 5.000 lainnya, sementara puluhan lainnya masih hilang. Keadaan darurat dua minggu telah dimulai.
Kantor berita negara mengatakan 16 orang telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan.
Hakim Fadi Akiki, perwakilan pemerintah di pengadilan militer, mengatakan lebih dari 18 petugas pelabuhan dan bea cukai serta pekerja pemeliharaan di gudang telah diperiksa.