Sebelumnya pada Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengunjungi Beirut dan mengatakan Lebanon perlu perubahan besar dari pemerintah.
Dia juga meminta penyelidikan internasional atas bencana tersebut.
Kronologi Parkirnya Ribuan Ton Amonium Nitrat
Di 2013 silam, MV Rhosus berangkat dari Batumi, Georgia, menuju Mozambik, menurut jalur kapal dan catatan sang kapten kapal Boris Prokoshev.
Kapal itu membawa 2.750 metrik ton amonium nitrat, bahan kimia industri yang biasa digunakan di seluruh dunia sebagai pupuk dan bahan peledak untuk pertambangan.
Kapal berbendera Moldova itu sempat singgah di Yunani untuk mengisi bahan bakar.
Ketika itulah pemilik kapal memberi tahu awak kapal asal Rusia dan Ukraina bahwa dia telah kehabisan uang.
Baca: Pasca-ledakan Beirut, 65 Mahasiswa Indonesia di Lebanon dalam Kondisi Aman
Oleh karena itu kapal MV Rhosus harus mengambil kargo tambahan untuk menutupi biaya perjalanan, sehingga kapal akhirnya berlabuh ke Beirut.
Kapal itu merupakan aset dari perusahaan bernama Teto Shipping yang kabarnya dimiliki seorang pengusaha Khabarovsk yang tinggal di Siprus.
Sesampai di Beirut, MV Rhosus ditahan otoritas pelabuhan karena sebuah pelanggaran dalam operasi kapal, menunggak biaya ke pelabuhan, dan pengaduan dari awak kapal Rusia dan Ukraina.
Baca: Kunjungi Beirut, Presiden Perancis Emmanuel Macron Janji Akan Mobilisasi Bantuan Untuk Lebanon
Baca: Irak akan Kirim Bantuan Minyak ke Lebanon Pasca Ledakan Beirut
Sejak saat itulah kapal yang disebut 'bom mengambang' ini menetap di Beirut, Lebanon.
Menurut Direktur Bea Cukai Lebanon, Badri Daher kapal itu akhirnya menetap di pelabuhan Beirut.
Padahal pihaknya selama ini sudah memperingatkan bahwa kargo itu sama halnya dengan 'bom mengambang'.
"Karena bahaya ekstrim yang ditimbulkan oleh barang-barang yang disimpan ini dalam kondisi iklim yang tidak sesuai, kami mengulangi permintaan kami kepada Otoritas Pelabuhan untuk segera mengekspor kembali barang-barang untuk menjaga keamanan pelabuhan dan mereka yang bekerja di dalamnya," bunyi permintaan Direktur Bea Cukai sebelumnya, Chafic Merhi.
Permohonan untuk memindahkan kapal Rusia ini ditulisnya pada 2016 silam dan ditujukan kepada hakim yang terlibat.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)