TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Mediterania timur dilaporkan meningkat manakala kapal eksplorasi gas Turki Oruc Reis kembali beroperasi di sana awal pekan ini.
Terkait situasi tersebut, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan peringatan kapada Yunani.
“Kami menyampaikan, jika Anda menyerang Oruc Reis kami, Anda akan membayar mahal,” kata Erdogan disaksikan sesama angggota parkai AKP di Ankara.
Mengutip dw.com, Erdogan menegaskan, jika Yunani ‘melangkah maju’ mereka akan segera mendapat jawaban Turki pada hari itu juga.
Baca: Yunani-Turki Bersitegang, Prancis Kirim Kapal Perang dan Jet Tempur Rafale ke Mediterania Timur
Baca: Perancis Cemaskan Ketegangan Turki Vs Yunani di Mediterania
Pernyataan Erdogan itu dikeluarkan setelah laporan yang belum dikonfirmasi oleh media Yunani menyebut, kapal dari Yunani menabrak kapal Turki yang mengawal Oruc Reis.
Kementerian Pertahanan Yunani membantah telah menyerang kapal Turki tersebut.
“Tidak ada insiden yang terjadi,” terang Juru Bicara Kementerian Yunani kepada AFP.
Oruc Reis Jelajahi Kastellorizo
Lebih lanjut, Turki mengirim kapal Oruc Reis untuk menjelajahi lepas pantai pulau Yunani Kastellorizo ditemani beberapa kapal Angkatan Laut.
Yunani menanggapi dengan mengirim kapal militernya sendiri untuk memantau situasi di sana.
Baca: Turki Peringatkan Yunani dan Mesir Terkait Aksi Sepihak di Wilayah Laut Mediterania
Perselisihan Yunani-Turki
Lebin jauh, Yunani dan Turki telah berselisih terkait sumber daya energi sejak penemuan cadangan hidrokarbon di Mediterania timur.
Yunani dan Uni Eropa mengklaim, Turki melakukan pengeboran ilegal di wilayah tersebut.
Tetapi, pihak Turki sendiri mengklaim daerah itu bereda dalam zona ekonomi ekskulisfnya.
Baca: Perancis Cemaskan Ketegangan Turki Vs Yunani di Mediterania
Baca: Yunani Tengah Banjir, 7 Orang Dilaporkan Meninggal Termasuk Bayi
Erdogan Mengadakan Pembicaraan dengan Kanselir Jerman
Sebelumnya, Erdogan mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Angela Markel, Kamis (13/8/2020).
“Dia ingin sengketa di mediterande timur diselesaikan dalam kerangka hukum internasional dan atasa dasar keadilan dan dialog,” kata Erdogan dalam pernyataan.
Merkel menjadi perantara pembicaraan antara Lebih jauh, dw.com melaporkan Turki dan Yunani, Juli 2020.
Dalam pembicaraan tersebut, Ankara setuju untuk menghentikan sementara pengeboran di wilayah tersebut .
Namun, eksplorasi energi dilanjutkan Senin setelah Yunani mencapai kesepakatan dengan Mesir mengenai hak untuk mengebor minyak dan gas di daerah tersebut.
Para menteri luar negeri UE akan membahas masalah ini selama konferensi video khusus pada hari Jumat.
Baca: Reaksi AS, Rusia, Hamas hingga Yunani atas Diubahnya Hagia Sophia Jadi Masjid
Sementara itu, dw.com menyebut, Prancis pada Rabu mengatakan akan meningkatkan kehadiran militernya di Mediterania timur .
Sebuah pernyataan oleh kantor Presiden Emmaneul Macron mengatakan bahwa Prancis akan "memperkuat sementara" kehadiran militernya di Mediterania timur.
Hal ini untuk "memantau situasi di kawasan dan menandai tekadnya untuk menegakkan hukum internasional."
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)