TRIBUNNEWS.COM - Kepala World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berharap dunia ini akan terbesar dari pandemi Covid-19 dalam maktu kurang dari dua tahun.
“Kami berharap dapat menyelesaikan pandemi ini dalam waktu kurang dari dua tahun,” kata Tedros di markas besar WHO, Jenewa, yang dikutip Tribunnews dari Al Jazeera.
Ia mengatakan, mungkin virus corona dapat dijinakkan dalam maktu lebih cepat dibandingkan dengan pandemi flu Spanyol yang mematikan.
Baca: Bandingan dengan Flu Spanyol, WHO Berharap Pandemi Virus Corona Berakhir dalam Dua Tahun
Baca: WHO Anjurkan Negara-negara di Eropa Tak Perlu Lockdown Lagi untuk Tangani Covid-19
Saat ini, katanya, dunia berada pada posisi yang kurang menguntungkan dan memungkinkan virus corona menyebar secepat kilat ke seluruh dunia.
Tetepi, Tedros menambahkan, dunia juga sekarang memiliki keunggulan teknologi yang lebih baik.
"Dengan memanfaatkan alat-alat yang ada secara maksimal dan berharap kita bisa memiliki alat tambahan seperti vaksin," katanya.
"Saya kira kita bisa menyelesaikannya dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan flu 1918,” tambahnya.
Baca: WHO Sebut Kelompok Umur 20-an hingga 40-an Tahun Banyak yang Menularkan Covid-19
Baca: Dua Personel Superman Is Dead Turut Diperiksa atas Kasus IDI Kacung WHO Jerinx
Sekilas Mengenai Flu Spanyol
Menyoal pandemi paling mematikan dalam sejarah modern, flu Spanyol.
Diketahui, wabah itu telah menewaskan sebanyak 50 juta orang dan menginfeksi hampir 500 juta orang di seluruh dunia antara Februari 1918 dan April 2020.
Angka tersebut, lima kali lebih banyak orang meninggal karena itu daripada yang terjadi pada perang dunia pertama.
Sebelum menyebar ke Eropa dan kemudian ke seluruh dunia, korban pertama kali dicatat di Amerika Serikat.
Baca: Kakek Ini Ulang Tahun ke 107 saat Sembuh dari Corona, Selamat dari Flu Spanyol dan Perang Dunia II
Baca: Nenek 102 Tahun Lahir saat Wabah Flu Spanyol, Sempat Keguguran dan Kanker, Kini Sembuh dari Corona
Pandemi itu datang dalam tiga gelombang, dengan gelombang kedua yang paling mematikan dimulai pada paruh kedua tahun 1918.
"Butuh tiga gelombang agar penyakit itu menginfeksi sebagian besar individu yang rentan," kata kepala darurat WHO Michael Ryan kepada wartawan.
Setelah itu, virus flu di balik pandemi berkembang menjadi penyakit musiman yang jauh lebih mematikan, yang muncul kembali selama beberapa dekade.
"Sangat sering, virus pandemi menetap menjadi pola musiman dari waktu ke waktu," kata Ryan, menambahkan sejauh ini, "virus ini tidak menunjukkan pola seperti gelombang yang serupa".
"Jelas, bila penyakitnya tidak terkendali, ia langsung melompat kembali," katanya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)