TRIBUNNEWS.COM - Aktivis iklim dan lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, telah kembali ke sekolah.
Dia kembali menuntut ilmu secara formal setelah setahun cuti.
Selama setahun sebelumnya, ia diketahui berkeliling dunia untuk mengkampanyekan pengendalian pembatasan perubahan iklim.
Momen yang ditunggu Gretha tersebut dibagikan melalui akun Twitter-nya, @GrethaThunberg, Senin (24/8/2020).
"Tahun cutiku dari sekolah sudah berakhir, dan sangat menyenangkan akhirnya bisa kembali ke sekolah lagi!" tulis Thunberg.
Baca: Pulang dari Brussels, Greta Thunberg Tunjukkan Gejala Covid-19: Saya Lelah dan Batuk
Dalam unggahannya, Gretha tampak berdiri di samping sepeda.
Aktivis berusia 17 tahun itu mengenakan tas ransel berwarna ungu.
Dengan rambut panjang terurai yang dikucir dan disampirkan di bahu, Gretha tersenyum ke kamera.
Tangannya bertumpu pada setang sepeda.
Dilansir Guardian, Gretha tidak mengatakan di kota atau sekolah mana dia akan melanjutkan studinya.
Sejak tahun ajaran terakhirnya selesai pada Juni 2019, remaja tersebut berkeliling dunia.
Kondisi itu membuatnya harus belajar dari jarak jauh.
Alih-alih memasuki tahun-tahun terakhir sekolah menengah, ia melakukan perjalanan melintasi Atlantik dengan perahu layar.
Perjalanannya tersebut dalam rangka menyoroti emisi karbon dari penerbangan.
Selain itu, tujuan utama perjalanannya adalah untuk menghadiri konferensi iklim COP25 PBB di ibu kota Chili, Santiago.
Baca: Greta Thunberg jadi Person of the Year versi majalah Time
Namun, acara tersebut akhirnya dialihkan ke Madrid karena kerusuhan besar-besaran di Chili.
Hal tersebut membuat Gretha berlayar kembali dari AS ke Eropa.
Dia berlayar menggunakan kapal katamaran milik pasangan Australia.
Thunberg mengkritik tajam para pemimpin dunia di PBB.
Remaja itu juga mengunjungi mantan presiden AS, Barack Obama.
Tak hanya itu, dia turut berkesempatan berkeliling benua dengan mobil Tesla yang dipinjami mantan gubernur California sekaligus aktor Hollywood, Arnold Schwarzenegger.
Tentang Greta Thunberg
Greta Thunberg merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, semuanya perempuan.
Ia lahir pada 3 Januari 2003.
Dilansir Kompas.com, Greta tumbuh besar di Stockholm dengan ibundanya, Malena Ernman, seorang penyanyi opera dan ayahnya yang seorang actor, Svante Thunberg.
Ayahnya adalah keturunan Svante Arrhenius, seorang ilmuwan yang menciptakan model efek rumah kaca.
Arrhenius dianugerahi Nobel Prize for Chemistry pada 1903.
Meski begitu, Greta mengatakan kepada BBC bahwa orangtuanya jauh dari isu perubahan iklim hingga akhirnya dirinya sendiri yang memperkenalkan isu tersebut.
Greta memaksa kedua orangtuanya untuk menjadi vegetarian.
Pada 2016, ia meyakinkan ibunya untuk berhenti menggunakan pesawat terbang karena ibunya kerap bekerja di negara lain.
Greta sendiri mengidap Asperger’s Syndrome, sebuah sindrom perkembangan individu yang berpengaruh terhadap sulitnya interaksi sosial dan komunikasi non-verbal.
Namun, ia menganggap penyakit tersebut sebagai sebuah “hadiah” dan “kekuatan super”.
Greta dan Aksi Protesnya
Greta pertama kali belajar tentang perubahan iklim pada usia 8 tahun.
Pertanyaannya hanya satu waktu itu: mengapa orang-orang tidak melakukan sebuah aksi?
“Saya ingat saya berpikir bahwa ini sangat aneh. Kita bisa mengubah seluruh wajah Bumi dan atmosfer yang menjadi rumah kita. Oleh karena kita bisa melakukan ini, kenapa tidak ada yang peduli?” tuturnya kepada Guardian.
Pada Mei 2018, Greta memenangkan kompetisi esai tentang perubahan iklim di koran lokal.
Tiga bulan kemudian, ia mulai melakukan demonstrasi di depan Gedung Parlemen Swedia.
Ia mengancam untuk tidak berhenti sampai pemerintah Swedia mengeluarkan keputusan mengenai target pengurangan emisi karbon, sesuai dengan Paris Agreement tahun 2015.
Dari Lokal Menjadi Aksi Internasional
Aksi demonstrasi yang dilakukan Greta di depan Gedung Parlemen Swedia viral di media sosial.
Beberapa aksi serupa pun dilakukan oleh remaja-remaja di berbagai belahan dunia, dengan pesan dalam tagar #FridaysForFuture.
Pada Desember 2018, lebih dari 20.000 siswa di berbagai belahan dunia mengikuti jejak Greta, termasuk siswa di Australia, Inggris Raya, Belgia, AS, dan Jepang.
Greta sendiri menyambangi beberapa negara di Eropa untuk ikut andil dalam demonstrasi tersebut.
Pada September 2018, Greta menyambangi New York untuk membuka suara di UN Climate Conference.
Ia tidak naik pesawat, melainkan menggunakan kapal laut nol emisi karbon dengan total waktu tempuh selama dua minggu.
Pada UN Climate Conference, ia menyasar para politisi yang menaruh beban pada generasi muda terkait perubahan iklim.
“Berani-beraninya Anda. Saya seharusnya tidak berada di sini. Saya seharusnya ada di sekolah, di belahan bumi lain, dan Anda memberikan beban ini pada kami anak muda. Berani-beraninya Anda.”
“Anda merenggut mimpi saya dan masa kecil saya dengan omong kosong. Lihat saja nanti,” ujarnya.
Pada akhir 2019, Greta Thunberg menjadi Person of the Year versi Majalah TIME.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia) (Kompas.com/Sri Anindiati)
Sebagian artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapa Itu Greta Thunberg?"