News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

UNICEF Sebut 463 Juta Anak di Dunia Tidak Bisa Mengikuti Pembelajaran Secara Online

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa menggunakan fasilitas WiFi gratis saat mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh di Balai Warga Kelurahan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kamis (27/8/2020). Kelurahan Kuningan Barat menyediakan fasilitas jaringan internet atau WiFi gratis yang dapat digunakan pelajar guna meringankan beban orang tua murid terkait kebutuhan kuota internet untuk pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK -  Pandemi Covid-19 membuat hampir seluruh sekolah di dunia ditutup sehingga proses belajar mengajar dilakukan secara virtual atau online.

Sayangnya masih banyak anak usia sekolah yang tidak mampu mengakses internet sehingga mengalami kesulitan dalam mendapat pendidikan.

Parahnya lagi, kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak bulan Maret lalu.

Pada hari Rabu (26/8), PBB melalui UNICEF mengumumkan bahwa setidaknya satu dari tiga siswa di dunia tidak bisa mengakses pendidikan secara virtual. 

UNICEF memperkirakan ada sekitar 463 juta anak tidak memilliki peralatan atau akses elektronik dalam bentuk apapun untuk bisa mengikuti pembelajaran secara online.

"Banyaknya anak-anak yang pendidikannya terganggu selama berbulan-bulan menyebabkan darurat pendidikan global. Dampaknya bisa dirasakan pada ekonomi dan lingkungan masyarakat selama beberapa dekade mendatang," ungkap Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Baca: Agar Bayi Aman Dapatkan ASI Saat Pandemi, Ini Panduan UNICEF untuk Ibu Menyusui

PBB memperkirakan ada 1,5 miliar anak di seluruh dunia terkena dampak dari lockdown ataupun penutupan sekolah yang disebabkan oleh pandemi.

Dalam laporan tersebut PBB menggarisbawahi perbedaan geografis yang cukup berpengaruh pada akses pendidikan virtual ini. Sebagai contoh, jumlah anak yang yang terdampak di Eropa jauh lebih sedikit dari anak-anak di Afrika dan Asia.

Laporan terbaru PBB ini merupakan hasil pendataan dari sektar 100 negara di dunia dengan akses publik ke internet, televisi, dan radio sebagai acuannya.

Di sisi lain, PBB juga menyampaikan bahwa anak-anak yang sudah memiliki akses ke pembelajaran online pun masih mungkin mendapatkan hambatan. Mulai dari kurangnya ruang belajar yang layak di rumah, sampai sejumlah gangguan teknis lainnya.

Baca: 81 ASN Pemkot Ambon Positif Covid-19, Wali Kota: Semua Tanpa Gejala

Baca Juga: Rekomendasi WHO terbaru, tidak semua anak wajib pakai masker pencegah corona

Berikut ini adalah data jumlah anak di dunia yang kesulitan mendapatkan akses ke pembelajaran online:

 Wilayah Afrika Timur dan Selatan: 67 juta anak
 Wilayah Afrika Barat dan Tengah: 54 juta anak
 Wilayah Pasifik dan Asia Timur: 80 juta anak
 Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara: 37 juta anak
 Wilayah Asia Selatan: 147 juta anak
 Wilayah Amerika Latin dan Karibia: 13 juta anak
 

Jumlah anak terdampak di wilayah Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada tidak ditampilkan oleh PBB karena jumlahnya relatif lebih sedikit dari beberapa wilayah di atas.

Dengan tahun ajaran baru yang akan segera dimulai di banyak negara, UNICEF merekomendasikan pemerintah untuk memprioritaskan pembukaan kembali sekolah yang ada di wilayah aman agar proses belajar mengajar bisa perlahan kembali normal. (Kontan/Prihastomo Wahyu Widodo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini