News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kesepakatan UEA-Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Sebut Dunia Islam Dikhianati

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei - Kesepakatan UEA-Israel, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Sebut Dunia Islam Dikhianati

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengkritik kesepakatan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel baru-baru ini.

Khamenei menyebut normalisasi hubungan UEA-Israel merupakan bentuk pengkhianatan pada dunia Islam dan Palestina.

Untuk diketahui, otoritas Iran dengan keras mengkritik kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat antara UEA dan musuh lama Teheran.

Beberapa pejabat memperingatkan bahwa UEA dan Israel yang membina hubungan lebih dekat, berisiko menimbulkan 'kebakaran' di Timur Tengah.

Baca: Pria Gaza Sebut Jakarta Seperti Surga, Baim Wong Terkejut Dengar Fakta Mengejutkan soal Palestina

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memberikan suaranya pada pemilihan parlemen di sebuah TPS di Teheran, Iran. Jum'at (21/02/2020). Orang-orang Iran mulai memberikan suara dalam pemilihan parlemen yang mana kaum konservatif diperkirakan akan mendominasi, memanfaatkannya pada kemarahan publik terhadap Presiden konservatif moderat Hassan Rouhani karena ekonomi yang hancur, korupsi dan berbagai krisis. (KHAMENEI.IR/ AFP/HO/IRANIAN PRESIDENCY) (AFP/-)

Baca: Kelompok Hamas di Jalur Gaza Umumkan Akhiri Kekerasan Melawan Israel

"Tentu saja pengkhianatan UEA tidak akan berlangsung lama, tapi stigma ini akan selalu diingat," ungkap Khameneim, yang dilaporkan Al Jazeera, Selasa (1/9/2020)

"Mereka membiarkan rezim Zionis masuk ke wilayah tersebut dan melupakan Palestina," kata Khamenei.

Khamenei menambahkan, Emirat akan dipermalukan selamanya.

Baca: Jalur Gaza Lockdown setelah Ditemukan Kluster Baru Covid-19

Mengharapkan Keuntungan Ekonomi

Lebih jauh, Israel dan UEA mengharapkan keuntungan ekonomi dari kesepakatan itu, akomodasi pertama antara negara Arab dan Israel dalam lebih dari 20 tahun, yang sebagian besar ditempa melalui ketidakpercayaan bersama terhadap musuh Iran.

Warga Palestina mengaku merasa kecewa dengan langkah UEA ini.

Pejabat Emirat telah berusaha untuk memutarbalikkan perjanjian ini sebagai imbalan atas Israel yang menangguhkan rencananya untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki secara ilegal.

Tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pencaplokan itu hanya untuk sementara waktu.

Baca: Bahrain: Tak Ada Normalisasi dengan Israel Sebelum Palestina Merdeka

Warga Gaza Palestina Demo Tolak Kesepakatan UEA-Israel
Diberitakan sebelumnya, ratusan warga Gaza Palestina melakukan unjuk rasa terkait kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dengan Israel.

Para pengunjuk rasa yang berasal dari Jalur Gaza yang dikepung Israel ini melawan Amerika Serikat, pihak yang menengahi perbaikan hubungan.

Pada Rabu (19/8/2020) massa membakar bendera Israel dan AS.

Baca: Setelah Normalisasi Hubungan, Israel dan UEA Sepakat Kerjasama Tanggulangi Covid-19

Mereka juga menginjak-injak poster Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump, dikutip dari Al Jazeera

Penuh emosi, mereka meneriakkan 'normalisasi adalah pengkhianatan terhadap Yerussalem dan Palestina'.

Baca: Hadiri Deklarasi KAMI, Pemerintah Palestina Bisa Panggil Pulang Dubesnya

Baca: Polemik Normalisasi Hubungan UEA-Israel: Pejabat Sudan Dipecat hingga PM Pakistan Tak Akui Israel

Ratusan warga mengantar jenazah pria Palestina berumur 29 tahun, Ibrahim Abou Yacoub, yang ditembak pasukan Israel, ke pemakaman di desa Kifl Hares, selatan kota Nablus di Tepi Barat pada 10 Juli 2020. (JAAFAR ASHTIYEH / AFP)

Para demonstran di Kota Gaza menyuarakan dukungan kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas atas penolakannya terhadap rencana Timur Tengah milik Trump.

Menurut Palestina, rencana itu hanya akan menguntungkan Israel.

Adapun unjuk rasa ini diorganisir Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dan beberapa pihak lainnya.

Salah seorang pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya mengecam kesepakatan itu.

"Normalisasi dengan pendudukan merugikan kita dan tidak membantu kita."

"Sebaliknya, kesepakatan melayani dan mempromosikan pendudukan dalam proyek-proyeknya yang menargetkan Palestina dan kawasan itu," jelas Khalil.

Protes ini meledak pasca jet tempur Israel mengebom Gaza delapan malam berturut-turut.

Israel memperingatkan Hamas akan adanya perang bila terus menerus mengirim peledak ke area israel.

Sumber keamanan Hamas mengatakan jet tempur dan drone Israel menyerang beberapa fasilitas milik Brigade Qassam, pasukan bersenjata gerakan itu.

 (Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini