TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengkritik kesepakatan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel baru-baru ini.
Khamenei menyebut normalisasi hubungan UEA-Israel merupakan bentuk pengkhianatan pada dunia Islam dan Palestina.
Untuk diketahui, otoritas Iran dengan keras mengkritik kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat antara UEA dan musuh lama Teheran.
Beberapa pejabat memperingatkan bahwa UEA dan Israel yang membina hubungan lebih dekat, berisiko menimbulkan 'kebakaran' di Timur Tengah.
Baca: Pria Gaza Sebut Jakarta Seperti Surga, Baim Wong Terkejut Dengar Fakta Mengejutkan soal Palestina
Baca: Kelompok Hamas di Jalur Gaza Umumkan Akhiri Kekerasan Melawan Israel
"Tentu saja pengkhianatan UEA tidak akan berlangsung lama, tapi stigma ini akan selalu diingat," ungkap Khameneim, yang dilaporkan Al Jazeera, Selasa (1/9/2020)
"Mereka membiarkan rezim Zionis masuk ke wilayah tersebut dan melupakan Palestina," kata Khamenei.
Khamenei menambahkan, Emirat akan dipermalukan selamanya.
Baca: Jalur Gaza Lockdown setelah Ditemukan Kluster Baru Covid-19
Mengharapkan Keuntungan Ekonomi
Lebih jauh, Israel dan UEA mengharapkan keuntungan ekonomi dari kesepakatan itu, akomodasi pertama antara negara Arab dan Israel dalam lebih dari 20 tahun, yang sebagian besar ditempa melalui ketidakpercayaan bersama terhadap musuh Iran.
Warga Palestina mengaku merasa kecewa dengan langkah UEA ini.
Pejabat Emirat telah berusaha untuk memutarbalikkan perjanjian ini sebagai imbalan atas Israel yang menangguhkan rencananya untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki secara ilegal.
Tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pencaplokan itu hanya untuk sementara waktu.
Baca: Bahrain: Tak Ada Normalisasi dengan Israel Sebelum Palestina Merdeka
Para pengunjuk rasa yang berasal dari Jalur Gaza yang dikepung Israel ini melawan Amerika Serikat, pihak yang menengahi perbaikan hubungan.
Pada Rabu (19/8/2020) massa membakar bendera Israel dan AS.
Baca: Setelah Normalisasi Hubungan, Israel dan UEA Sepakat Kerjasama Tanggulangi Covid-19
Mereka juga menginjak-injak poster Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump, dikutip dari Al Jazeera.
Penuh emosi, mereka meneriakkan 'normalisasi adalah pengkhianatan terhadap Yerussalem dan Palestina'.
Baca: Hadiri Deklarasi KAMI, Pemerintah Palestina Bisa Panggil Pulang Dubesnya
Baca: Polemik Normalisasi Hubungan UEA-Israel: Pejabat Sudan Dipecat hingga PM Pakistan Tak Akui Israel
Para demonstran di Kota Gaza menyuarakan dukungan kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas atas penolakannya terhadap rencana Timur Tengah milik Trump.
Menurut Palestina, rencana itu hanya akan menguntungkan Israel.
Adapun unjuk rasa ini diorganisir Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dan beberapa pihak lainnya.
Salah seorang pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya mengecam kesepakatan itu.
"Normalisasi dengan pendudukan merugikan kita dan tidak membantu kita."
"Sebaliknya, kesepakatan melayani dan mempromosikan pendudukan dalam proyek-proyeknya yang menargetkan Palestina dan kawasan itu," jelas Khalil.
Protes ini meledak pasca jet tempur Israel mengebom Gaza delapan malam berturut-turut.
Israel memperingatkan Hamas akan adanya perang bila terus menerus mengirim peledak ke area israel.
Sumber keamanan Hamas mengatakan jet tempur dan drone Israel menyerang beberapa fasilitas milik Brigade Qassam, pasukan bersenjata gerakan itu.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)