TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain akan menanggung segala konsekuensi atas normalisasi hubungan diplomatik mereka dengan Teheran, Israel.
Diwartakan Al Jazeera, pernyataan Rouhani datang sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para Menteri Luar negeri Bahrain serta UEA menandatangani perjanjian untuk membangun hubungan diplomatik di Gedung Putih, Amerika Serikat.
Berbicara pada pertemuan kabinet pada Rabu (16/9/2020), Rouhani mengatakan Israel "setiap hari, melakukan lebih banyak kejahatan di Palestina".
"Beberapa negara di kawasan itu, rakyatnya muslim yang taat, tetapi pemimpin mereka tidak memagami agama atau utang (mereka) kepada bangsa Palestina," ungkap Rouhani.
Baca: Presiden Rouhani Sebut 35 Juta Lebih Warga Iran Diperkirakan Terinfeksi Virus Corona
Baca: Militer Israel Serang Jalur Gaza, Menyusul Penandatanganan Kesepakatan UEA-Bahrain di AS
Pernyataan Rouhani datang tak lama setelah pesawat Israel membom menyasar Hamas di Jalur Gaza yang terkepung.
Serangan Israel mengikuti roket yang ditembakkan dari Gaza sementara kesepakatan normalisasi dengan dua negara Arab ditandatangani di Amerika Serikat.
Pada 2016, Bahrain memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan UEA menurunkan hubungan di tengah meningkatnya ketegangan antara Riyadh dan Teheran.
Bahrain yang diperintah Sunni telah menghadapi kerusuhan berkepanjangan di antara komunitas Syiahnya yang besar yang secara konsisten disalahkan pada Iran.
Reaksi negara dan pemangku kepentingan lain dalam konflik Israel-Palestina terhadap kesepakatan Bahrain-Israel:
Kepemimpinan Palestina
Otoritas Palestina (PA) mengutuk kesepakatan normalisasi Bahrain-Israel sebagai pengkhianatan lain oleh negara Arab.
Perjanjian itu merupakan "tusukan di belakang perjuangan Palestina dan rakyat Palestina".
Ahmad Majdalani, Menteri Urusan Sosial di PA yang berbasis di Tepi Barat, mengatakan kepada AFP, langkah itu seperti kesepakatan UEA-Israel yang diumumkan bulan lalu,
Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza, mengatakan kesepakatan itu merupakan "agresi" yang menimbulkan "prasangka serius" terhadap perjuangan Palestina.
Baca: Trump Diusulkan Terima Nobel Perdamaian oleh Parlemen Norwegia karena Bantu Normalisasi Israel-UEA