TRIBUNNEWS.COM - Barbados mengumumkan rencana untuk mencopot Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara. Negara di Kepulauan Karibia itu ingin berubah menjadi republik pada tahun depan.
Seperti dikutip dari AFP, Barbados ingin sepenuhnya meninggalkan masa kolonial.
Keputusan tersebut disampaikan dalam sebuah pidato oleh Gubernur Jenderal Sandra Mason sebelum pembukaan parlemen kenegaraan pada Selasa (15/9) waktu setempat.
Barbados memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1966, tetapi mempertahankan Ratu sebagai Kepala Negara.
Baca: 1.000 Awak Kapal Pesiar dari Barbados Telah Pulang ke Indonesia
Baca: Jelajah Conch Island, Pulau Buatan dari Tumpukan Cangkang Kerang di Karibia
Ia mengutip peringatan perdana menteri pertama negara Errol Barrow agar tidak "berkeliaran di tempat kolonial".
Saat membaca pidatonya, Gubernur Jenderal Dame Sandra Mason berkata:
"Waktunya telah tiba untuk sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonial kita."
"Orang Barbad menginginkan Kepala Negara Barbadian."
"Ini adalah pernyataan keyakinan tertinggi pada siapa kami dan apa yang mampu kami capai."
"Oleh karena itu, Barbados akan mengambil langkah logis berikutnya menuju kedaulatan penuh dan menjadi Republik pada saat kita merayakan Hari Jadi Kemerdekaan ke-55."
Langkah tersebut telah menjadi wacana selama lebih dari 20 tahun.
Pada tahun 1998, sebuah komisi peninjau konstitusi Barbados merekomendasikan menjadikan negara berstatus republik.
Baca: Menguak Kisah di Balik Patung Sang Ratu Tanpa Kepala di Karibia
Pada 2015, Perdana Menteri Freundel Stuart mengatakan "kita harus beralih dari sistem monarki ke bentuk pemerintahan republik dalam waktu dekat".