Ia menyarankan agar Ankara dikeluarkan dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) karena ke posisi agresif dan bias dalam konflik Nagorno-Karabakh.
Pada Kamis, Erdogan mengatakan OSCE Minsk Group yang ditugaskan untuk merundingkan solusi untuk konflik Nagorno-Karabakh tidak memiliki hak menyerukan gencatan senjata.
Ia mengatakan mereka (Minsk Group) harus menuntut agar Armenia mengakhiri pendudukannya atas Azeri yang memisahkan diri. wilayah sebagai gantinya.
Baik Paris dan Moskow telah menyatakan keprihatinan atas laporan formasi bersenjata ilegal yang dipindahkan ke Nagorno-Karabakh oleh Turki dari zona konflik Timur Tengah termasuk Suriah dan Libya untuk mengambil bagian dalam pertempuran melawan pasukan Armenia.
Dalam pernyaan lain pada Jumat, Pashinyan menegaskan kembali klaim tentang pelibatan milisi Suriah, dan menekankan penduduk Nagorno-Karabakh tidak dapat tidak dilindungi, menghadapi teroris dan ekstremis.
Nagorno-Kharabakh: Konflik Lebih dari 30 Tahun
Pertarungan terakhir di wilayah Kaukasus selatan yang diperebutkan di Nagorno-Karabakh dimulai Minggu (29/9/2020).
Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan yang memulai penembakan. Dalam lima hari, sebanyak 3.600 tentara dan warga sipil dari kedua belah pihak telah tewas, dengan berbagai peralatan militer, serta infrastruktur sipil, hancur atau rusak.
Konflik Nagorno-Karabakh berawal dari masa Soviet. Pada akhir 1980-an, wilayah mayoritas Armenia yang otonom berusaha melepaskan diri dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.
Mereka bergabung Republik Sosialis Soviet Armenia. Baku berusaha untuk mencegah hal ini, dan pada tahun 1991 menghapus status otonom daerah tersebut.
Setelah keruntuhan Uni Soviet, pasukan yang didukung Armenia dari Republik Artsakh memproklamirkan kemerdekaan sendiri.
Militer Azerbaijan melancarkan perang dua tahun yang brutal yang menyebabkan kematian lebih dari 42.000 orang dan membuat lebih dari satu juta orang Armenia dan Azeri mengungsi.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)