Samuel Paty, seorang guru sejarah di Prancis, tewas dipenggal pemuda berdarah Chechnya. Aksi ini menyodorkan fakta betapa paham radikal begitu dalam menyusupi bangsa Prancis. Omar Nasiri lewat bukunya “Inside The Jihad: A Spy’s Story”, menguak bagaimana kaum radikalis bekerja di Eropa. Banyak hal bisa dicegah, termasuk serangan maut 9/11 ke New York, jika saja Nasiri tak diremehkan.
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Omar Nasiri kesal. Ia dapati setumpuk senapan mesin, ribuan peluru teronggok di loteng rumahnya. Ia tahu, itu pekerjaan teman-teman kakaknya. Nasiri merasa ibunya dalam bahaya.
Sebagian besar senjata dan peluru itu hasil belanjaannya. Ia tidak menyangka, barang itu masih ditimbun. Sebab, sebelumnya biasanya langsung dikirimkan ke luar entah ke mana. Nabil, adiknya, juga gusar.
Nasiri berusaha mengeluarkan Amin, Yasin dan dua temannya keluar dari rumah. Tapi ia tidak tahu caranya.
Hingga suatu saat, Nasiri menemukan ide. Ia mencuri uang 25 ribu Franc dari tas Yasin. Ia berharap Yasin mengetahuinya, merasa terganggu, dan pergi.
Baca juga: Omar Nasiri, Mata-mata Itu Hidup di Tengah-tengah Radikalis Aljazair di Brussel (1)
Ternyata ia keliru. Pencurian itu justru membuat mereka marah. Begitu juga Hakim, kakaknya. Nasiri dianggap taghut, musuh Islam, dan ia harus dibunuh.
Nasiri tertegun, berpikir keras, dan satu-satunya yang muncul di pikirannya, ia harus melapor ke pihak Prancis di Brussel.
Ia tahu, Prancis bakal jadi target ekstremis Amin, Yasin, dan kakaknya. Melapor ke otoritas Belgia percuma. Ia hanya akan dianggap angin lalu.
Nasiri lalu pergi ke kantor Konsulat Prancis, berusaha menemui orang yang tepat. Hari pertama gagal. Ia dijanjikan hari berikutnya akan ditemui orang yang tepat.
Benar, lewat permainan mata-mata yang ketat, ia akhirnya bertemu Gilles di sebuah kamar hotel mewah. Nasiri bercerita tentang senjata, tentang orang-orang di rumahnya yang mengorganisir sesuatu.
Tentang pencurian dan ancaman pembunuhan atas dirinya. Tentang keselamatan ibu dan adik-adiknya. Ia ingin Gilles membantu menyudahinya.
Nasiri Jadi Mata-mata Dinas Rahasia Prancis
Di ujung pembicaraan, Gilles menyuruh Nasiri kembali ke rumah, meminta maaf pada Yasin, Tarek, dan kakaknya, dan berjanji mengembalikan uang yang dicurinya.
Gilles akan membantu menyediakan uang yang dibutuhkan. Detik itu juga Nasiri tahu, Gilles orang penting di DGSE, dinas rahasia Prancis.