Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pesawat terbang tanpa awak Jepang dengan harga sedikitnya 900 juta yen per unit sedang mengelilingi Jepang selama bulan November ini.
Diberi nama Sea Guardian yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Amerika General Atomics.
Bagian kepala tanpa jendela. Di bawahnya ada kamera berkualitas tinggi. Badan pesawat memiliki radar yang menggembung dan sayap memanjang sepanjang 24 meter. Panjang totalnya adalah 12 meter, kira-kira sebesar bus besar.
Pesawat ini sejak 15 Oktober 2020 selama sebulan menerbangi daerah-daerah antara lain:
▽ Samudera Pasifik di lepas Sanriku di Tohoku,
▽ Di sekitar Kepulauan Ogasawara,
▽ Lepas pantai di sisi Laut Jepang dari Jepang barat ke Jepang utara, termasuk "Yamato Tai" (bagian tengah Laut Jepang, di mana operasi ilegal oleh kapal penangkap ikan asing sering terjadi satu demi satu.
▽ Pantai Kota Sado, Prefektur Niigata,
▽ Demikian pula terbang di sepanjang pantai Semenanjung Noto di Prefektur Ishikawa.
Pesawat tak berawak ini milik polisi maritim dan Badan Keamanan Maritim (MSDF) yang melakukan eksperimen demonstrasi selama sekitar satu bulan untuk melihat apakah itu dapat digunakan dalam bisnis.
Basis eksperimen demonstrasi adalah Pangkalan Udara Hachinohe milik Pasukan Bela Diri Jepang (SDF)
Pasukan Bela Diri Maritim bekerja sama dengan Badan Keamanan Laut, yang sedang mencari tempat yang dekat dengan laut dan dengan risiko yang lebih kecil untuk mendekati pesawat sipil agar tidak banyak penerbang (menghindari resiko kecelakaan udara).
Dua minggu dari awal Badan Keamanan Maritim telah merilis siaran pers yang menjelaskan status eksperimen demonstrasi.
Pesawat putih ini didukung oleh satu baling-baling belakang.
Badan Keamanan Laut menjelaskan bahwa kebisingan sekitar 75 desibel atau sama dengan kebisingan yang dapat didengar di wilayah pemukiman di samping jalan bahkan pada ketinggian 120 meter, dan tentunya lebih senyap dibandingkan saat lepas landas dan mendarat pesawat patroli P3C milik pangkalan udara tersebut.
Selain terbang sesuai dengan program otomatis, pesawat tak berawak juga digerakkan melalui satelit dari fasilitas kendali di darat.
Pusat pemrosesan informasi dikatakan sebagai "pusat komando" dengan enam monitor yang memberikan instruksi untuk mengendalikan pesawat serta menerima informasi.