News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres Amerika Serikat

Partai Republik Ingatkan Soal Penipuan Suara di Philadelphia, Mesin Rusak Hingga Kampanye Ilegal

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pekerja memasang papan pelindung pada sebuah toko di Times Square di New York, Amerika Serikat, pada 1 November 2020. Langkah tersebut dilakukan saat para peretail berupaya melindungi properti dari penjarahan atau kerusuhan lainnya dalam beberapa hari mendatang.(Xinhua/Wang Ying)

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, PHILADELPHIA - Partai Republik telah memperingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan terkait potensi adanya kecurangan dalam pemilu Amerika Serikat (AS) di Philadelphia, negara bagian Pennsylvania.

Pennsylvania adalah salah satu negara bagian paling penting dalam pemilihan presiden yang digelar pada hari Selasa waktu setempat, dengan kontestan petahana Donald Trump dan pesaingnya dari Partai Republik sekaligus mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden.

Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (4/11/2020), jumlah pemilih Demokrat di kota Philadelphia dapat mendorong Biden kembali ke Gedung Putih.

Menurut pendukung Partai Republik di kota itu, Demokrat saat ini sedang berupaya melakukan yang terbaik untuk membuat skenario itu menjadi kenyataan dengan cara apapun.

Baca juga: Situasi Berbahaya Jika Donald Trump Deklarasikan Kemenangan Pilpres Amerika Sebelum Suara Dihitung

Tidak lama setelah pemungutan suara dibuka pada Selasa pagi, video dan laporan yang menunjukkan bahwa pengawas pemilu dilarang ada di lokasi pemungutan suara pun beredar.

Perlu diketahui, pengawas pemilu ini ditunjuk oleh kandidat, partai, atau komite aksi politik untuk mengawasi pemungutan suara dan memastikan keadilan serta legalitas.

Di Pennsylvania, selama pengawas pemilu membawa sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat daerah, mereka dapat tetap berada di tempat pemungutan suara sampai pemungutan suara ditutup.

Saat pemilihan presiden, masing-masing partai bisa mengirimkan satu pengawas ke tiap lokasi.

Pengawas ini harus tetap berada di ruang yang ditentukan untuk mencegah terjadinya intimidasi oleh pemilih.

Kendati demikian, pada satu lokasi pemungutan suara di Philadelphia, mereka ditempatkan di ruangan yang sangat jauh dari tabel penghitungan.

Sehingga pengawas pun tidak mungkin melihat jika terjadi kecurangan.

Khawatir dengan apa yang disebut sebagai 'pemilihan yang curang', petahana Donald Trump menyerukan agar 'pasukan' pengawas jajak pendapat muncul pada hari pemilihan dan melaporkan jika ditemukan indikasi penipuan.

Selama dilangsungkannya debat langsung pertamanya dengan Joe Biden pada bulan September lalu, Trump mendesak para pendukungnya untuk pergi ke tempat pemungutan suara dan menyaksikan secara sangat teliti.

Baca juga: Hasil Pertama Pemilu AS Bergulir, Kemenangan Trump dan Biden di New Hampshire Picu Keributan Online

Namun, Jaksa Agung Pennsylvania, Josh Shapiro menyerang Trump karena pernyataan tersebut.

Ia menuding Trump menggunakan 'pasukannya' agar membawa pendukungnya ke dalam komunitas kulit hitam untuk mengintimidasi mereka.

Preferensi Shapiro sendiri tampaknya lebih condong terhadap Biden.

"Jika semua suara ditambahkan di PA (Pennsylvania), Trump akan kalah," cuitnya pada hari Senin lalu yang memicu banjir kecaman dari kelompok kanan.

Sementara itu, partai Republik mengklaim bahwa mereka telah menemukan banyak orang di dalam satu bilik suara.

Bahkan pamflet pro Biden pun dibagikan di lokasi pemungutan suara, orang tua serta anak-anak diizinkan untuk memilih di kota Pittsburgh, ini semua merupakan tindakan ilegal.

Selain itu, mesin pemungutan suara di negara bagian itu juga dilaporkan rusak.

Situasi di Philadelphia, meskipun mengkhawatirkan kaum Republikan, namun ini pernah terjadi sebelumnya.

Saat Kota Cinta Persaudaraan ini bersiap untuk memberikan suara pada Pemilu AS 2016 lalu, kandidat Donald Trump memperingatkan bahwa kota itu akan menjadi sarang penipuan, dan mengirim pengawas pemilu ke sana.

Baca juga: Tutup Kampanye, Kamala Harris: Mari Kita Pilih Joe Biden, Presiden Amerika Serikat Berikutnya

Sementara itu 4 tahun sebelumnya, Partai Republik mengklaim bahwa 75 pengawas pemilu telah dilarang masuk ke lokasi pemungutan suara di Philadelphia.

Perlu diketahui, dua kandidat dari Partai Demokrat yakni Hillary Clinton dan Barrack Obama memenangkan suara di kota ini selama dua kali pemilu.

Hillary memenangkan lebih dari 82 persen suara di Philadelphia County pada 2016, sedangkan Obama meraih 85 persen pada 2012.

Berbicara pada kampanye akhir pekan lalu, Trump berjanji untuk mengambil tindakan hukum jika pemungutan suara di Pennsylvania terindikasi kecurangan.

"Segera setelah pemilihan itu selesai, kami akan menemui pengacara kami," kata Trump kepada wartawan sebelum tampil di North Carolina pada hari Minggu lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini