TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya ada sembilan penangkapan yang dilakukan aparat berwajib pada Rabu (4/11/2020) malam waktu AS di Portland.
Hal ini terjadi setelah pihak berwenang menyatakan protes di pusat kota Portland berubah menjadi kerusuhan.
Kerusuhan itu diumumkan di tengah gelombang unjuk rasa brutal. Orang-orang merusak jendela dan pertokoan di sekitarnya.
Dua kelompok berbeda berkumpul di lokasi terpisah pada Rabu, sebelum melakukan arak-arakan ke pusat kota Portland, sebagaimana dilaporkan Fox News.
Satu kelompok memblokir lalu lintas ketika pengunjuk rasa melintasi Jembatan Morrison.
Baca juga: 8 Fakta Pilpres AS Mirip Pilpres Indonesia, Pendukung yang Kalah Ngamuk hingga Tudingan Curang
Baca juga: Hasil Pilpres AS: Biden Kurang 6 Suara Menuju Kemenangan, Pihak Trump Tuntut Pennsylvania & Georgia
Menurut Brenna Kelly dari Fox 12 Oregon, pengunjuk rasa melemparkan bom molotov dan botol kaca.
Satu orang yang ditangkap ditemukan memiliki senapan.
Sementara itu menurut laporan Oregon Live, demonstrasi dimulai di dua titik terpisah, satu di Portland Barat Laut dan satu di Portland Tenggara.
Kedua aksi tersebut dimulai sebagai unjuk rasa dan berlangsung hingga matahari terbenam.
Aksi Northwest Portland, yang diadakan di North Park Blocks di pusat kota, dinilai menjadi aksi pertama pasca pemilihan.
Sekitar 200 orang mulai berbaris dari taman sekitar pukul 17.20 waktu AS.
Baca juga: Mantan Dubes RI di AS Sebut Trump Memalukan: Dia Sudah Mulai Berfantasi
Baca juga: Jika Trump Kalah di Nevada, Selesai Sudah Pilpres Amerika Serikat
Pada saat yang sama, kelompok lainnya berbaris melintasi Jembatan Morrison menuju tepi pantai pusat kota.
Orang-orang membawa tanda yang bertuliskan "Hitung setiap suara".
“Hei, hei! Ho, ho! Donald Trump harus pergi!" para demonstran berteriak.
Dari aksi tersebut, polisi juga membagikan peralatan yang diduga hasil sitaan dari pengunjuk rasa.
Termasuk diantaranya ada petasan, palu, dan cat semprot.
Kantor Sheriff Daerah Multnomah mengumumkan, National Guard (Garda Nasional) telah dikerahkan oleh Gubernur Kate Brown untuk menangani kerusuhan.
"Anggota penjaga dilatih dalam pengendalian massa dan akan menanganinya dengan tim respon lokal."
"Mereka mengenakan pakaian gaya militer, yang merupakan seragam mereka," kata kantor Sheriff.
"Anggota Garda Nasional Oregon adalah anggota komunitas sipil yang membantu melindungi kami. Kami tidak menganggap enteng keputusan ini."
Pihaknya juga meminta pengunjuk rasa agar menyalurkan pendapatnya dengan damai.
Massa menyerang toko-toko dan bisnis lokal di sekitar mereka.
Bahkan bendera Amerika pun turut dibakar massa.
Kerusuhan juga terjadi di Denver, Colorado.
Karavan petugas polisi di Denver mengerahkan semprotan merica dan bentrok dengan pengunjuk rasa yang memulai kebakaran di persimpangan Washington dan Colfax, menurut FOX 31.
Para pengunjuk rasa ini mengaku anti-fasis dan membawa spanduk bertuliskan "Matilah Fasisme dan Liberalisme yang Memungkinkannya".
Keputusan gubernur mengirim Garda Nasional dilakukan setelah dia menempatkan anggotanya dalam keadaan siaga menjelang potensi kerusuhan pemilihan di Portland awal pekan ini.
Kerusuhan dan protes di Portland dan Denver terjadi di tengah kerusuhan nasional karena suara dalam pemilu 2020 terus mengalir.
Negara bagian utama termasuk Nevada, Pennsylvania, North Carolina, dan Georgia masih belum menemukan pemenangnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)