News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Dunia Cemas Mengikuti Pilpres AS yang Mengarah kepada Perpecahan

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(COMBO) Kombinasi gambar yang dibuat pada 22 Oktober 2020 ini menunjukkan Presiden AS Donald Trump (kiri) dan kandidat Presiden dari Partai Demokrat dan mantan Wakil Presiden AS Joe Biden saat debat terakhir presiden di Belmont University di Nashville, Tennessee, pada 22 Oktober 2020 .

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Euforia pemilihan presiden Amerika Serikat meluas ke seluruh penjuru dunia.

Jelang berakhirnya pemilu, orang-orang di luar negeri Paman Sam menyesali polarisasi dan disfungsi dalam pesta demokrasi negara adidaya itu. 

Mengutip The Washington Post pada Jumat (6/11/2020), jalan Joe Biden ke Gedung Putih semakin jelas dan terang.

Namun masyarakat dunia telah dikejutkan dengan klaim kemenangan Presiden Trump yang terlalu dini sebelum pengumuman hasil pilpres.

Calon presiden petahana itu juga telah menuduh lawannya melakukan penipuan.

Baca juga: Persaingan Sengit, Kini Biden-Harris Berbalik Unggul dari Trump-Pence di Georgia 

Trump juga telah menyampaikan ancaman gugatan hukum saat penghitungan suara mendekati kesimpulan.

Dunia melihat Trump telah berupaya merusak kepercayaan pada proses demokrasi. Ini juga merefleksikan terjadinya perpecahan mendalam yang akan merugikan Amerika Serikat.

Setelah Trump secara keliru menyatakan kemenangan sebelum penghitungan suara pada malam pemilihan, dia menghabiskan sebagian besar waktu pada hari Rabu dan Kamis untuk menyebarkan tuduhan kecurangan pemilu tanpa bukti.  

Kampanyenya sejak itu mengumumkan tantangan hukum untuk menentukan suara mana yang akan dihitung.

Dalam sebuah pernyataan Kamis malam di Gedung Putih, Trump kembali mengklaim tanpa bukti bahwa dia telah ditipu dan melontarkan tuduhan yang tidak berdasar tentang kecurangan yang meluas.

Pernyataan ini mengancam kredibilitas praktik demokrasi Amerika.

"Bagi presiden untuk menyerukan pengecualian sejumlah besar suara yang dikirim melalui surat yang telah diserahkan secara adil tanpa menghitungnya adalah keterlaluan," tulis Asahi Shimbun dari Jepang dalam sebuah editorial.

Terlepas dari hasilnya, Asahi Shimbun mengatakan pemilu tersebut mengungkap semakin meluasnya perpecahan dalam masyarakat Amerika. Baik perselisihan berdasarkan ras, agama, maupun antar wilayah.

"Seolah-olah Amerika Serikat saat ini terdiri dari dua negara yang sama sekali berbeda.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini