Trump berhasil mengalahkan Hillary Clinton pada pilpres 2016 setelah secara mengejutkan merobohkan keperkasaan Demokrat selama dua dekade di trio swing states yang didominasi pekerja pria berkerah biru tanpa pendidikan universitas itu.
Walau Trump tetap didukung blok pemilih industrial berkulit putih ini, Biden berhasil memotong mayoritas Trump dengan raihan suara yang lebih baik dibanding Clinton.
Awalnya Demokrat optimis Biden dapat meraih kemenangan cepat.
Namun kegagalan Biden memenangkan Florida, swing state krusial di Sun Belt, menunda kemenangannya.
Suami Jill Biden itu tak berdaya di Sunshine State karena rendahnya dukungan dari pemilih Hispanik.
Hal ini sangat mengejutkan karena blok pemilih Hispanik adalah demografi yang loyal memilih Demokrat.
Namun hasil memilukan Biden di Florida tidak merambat ke swing states Sun Belt Lain.
Biden dipastikan menang di Arizona dan berpeluang besar membirukan Georgia.
Baca juga: Twit Donald Trump Tahun 2014 Mendadak Jadi Sorotan Warganet, Relevan dengan Pilpres AS Sekarang?
Kedua negara bagian ini adalah swing states baru.
Dikenal sebagai basis kuat pendukung Partai Republik selama puluhan tahun, Arizona dan Georgia perlahan tapi pasti semakin kompetitif karena perubahan demografi.
Georgia dan Arizona terakhir dimenangkan capres Demokrat, ketika itu, Bill Clinton masing-masing pada pilpres 1992 dan 1996.
Secara demografi nasional, kunci kemenangan Biden terletak pada meningkatnya dukungan dari pemilih kulit putih terhadapnya terutama dari blok pemilih suburban dan blok pemilih wanita khususnya yang berpendidikan universitas.
Blok pemilih suburban yang dikenal adalah pendukung tradisional Partai Republik mengalihkan dukungannya ke Demokrat, melanjutkan tren perubahan peta politik AS yang terjadi sejak hasil pemilu sela (midterm) 2018.
Pemilih suburban yang tersebar mulai dari suburb Milwaukee di Wisconsin hingga suburb Atlanta di Georgia gerah dengan kontroversi dan kekacauan pemerintahan Trump.