Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harapan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Partai Demokrat.
Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan Partai Demokrat di DPR AS.
"Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijkan stimulus fiskal dalam jumlah besar.
Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif," ujarnya, Minggu (8/11/2020).
Baca juga: Pidato Kemenangan Joe Biden setelah Jadi Presiden Terpilih AS, Hanya Satu Kali Sebut Nama Trump
Menurut dia, tambahan stimulus moneter dan suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi AS sulit cepat pulih.
"Hal ini menjadi keuntungan bagi Pasar Negara berkembang," kata Hans.
Selain itu, stimulus fiskal yang besar juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS, sehingga akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseroangan.
Baca juga: Kabar Pernikahannya Beredar, Kakak Kandung Sule Justru Mengaku Belum Tahu dan Pilih Lakukan Ini
Kemudian, akan adanya pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan grean energy.
"Hal ini merupakan kuncian yang baik, terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham AS terkoreksi," pungkasnya.