TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Komisi Eropa baru saja menyetujui kontrak keempat yang dilakukan dengan perusahaan farmasi BioNTech dan Pfizer untuk pembelian awal 200 juta dosis vaksin atas nama semua negara anggota Uni Eropa (UE).
Kemudian ditambah opsi untuk meminta tambahan dosis hingga 100 juta dosis.
Dikutip dari laman ec.europa.eu, Kamis (12/11/2020), negara anggota UE dapat memutuskan untuk menyumbangkan vaksin ini ke negara berpenghasilan rendah dan menengah atau mengarahkan kembali ke negara Eropa lainnya.
Ini dilakukan setelah Pfizer dan BioNTech menunjukkan hasil bahwa vaksin yang dikembangkan mereka aman dan memiliki efektivitas lebih dari 90 persen dalam melawan virus corona (Covid-19).
Kontrak yang disepakati dengan aliansi BioNTech-Pfizer ini pun dibangun di atas portofolio besar vaksin yang akan diproduksi di Eropa.
Termasuk diantaranya kontrak yang telah ditandatangani dengan AstraZeneca, Sanofi-GSK dan Janssen Pharmaceutica NV, serta pembahasan terkait eksplorasi yang sukses dengan CureVac dan Moderna.
Portofolio vaksin yang beragam ini akan memastikan Eropa siap untuk melakukan vaksinasi, setelah terbukti ada vaksin yang aman dan efektif.
Seperti yang disampaikan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Baca juga: Ini Alasan Negara Berkembang Tak Mungkin Dapat Vaksin Pfizer Dalam Waktu Dekat
"Setelah pengumuman menjanjikan hari Senin oleh BioNTech dan Pfizer tentang prospek vaksin mereka, saya sangat senang mengumumkan perjanjian hari ini dengan perusahaan Eropa BioNTech dan Pfizer untuk membeli 300 juta dosis vaksin," kata der Leyen.
Ia pun menjelaskan tahapan terkait pengkonsolidasian portofolio kandidat vaksin yang akan disebarkan nantinya.
"Dengan kontrak keempat ini, kami sekarang mengkonsolidasikan portofolio kandidat vaksin yang sangat solid, kebanyakan dari mereka (vaksin) dalam fase uji coba lanjutan. Setelah diotorisasi, mereka akan segera disebarkan dan membawa kita lebih dekat ke solusi berkelanjutan dari pandemi ini," jelas der Leyen.
Sementara itu Komisaris Kesehatan dan Keamanan Pangan Komisi Eropa Stella Kyriakides mengatakan bahwa vaksin yang aman dan efektif merupakan satu-satunya strategi keluar dari pandemi.
"Kesepakatan hari ini mengikuti indikasi pertama yang menggembirakan dari hasil uji klinis, dan merupakan bukti lebih lanjut dari komitmen kami untuk menempatkan lebih banyak negara Eropa di bidang kesehatan," kata Kyriakides.
Menurutnya, ini adalah contoh yang sangat tepat terkait apa yang dapat dicapai UE ketika bekerja bersama sebagai sebuah Serikat.
"Ini contoh kasus tentang apa yang dapat dicapai oleh Uni Kesehatan Eropa di masa depan," tegas Kyriakides.
Perlu diketahui, BioNTech adalah perusahaan Jerman yang bermitra dengan Pfizer yang berbasis di AS untuk mengembangkan vaksin baru menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA).
mRNA memainkan peran mendasar dalam bidang biologi, mentransfer instruksi dari DNA ke mesin pembuat protein sel.
Dalam vaksin mRNA, petunjuk ini membuat fragmen virus yang tidak berbahaya, yang digunakan tubuh manusia untuk membangun respons kekebalan untuk mencegah atau melawan penyakit.
Komisi Eropa pun telah mengambil keputusan untuk mendukung vaksin ini berdasarkan penilaian ilmiah yang baik, teknologi yang digunakan, pengalaman perusahaan dalam pengembangan vaksin serta kapasitas produksi mereka untuk memasok seluruh UE.