Mengikuti kebijakan yang sama, Twitter menangguhkan lima akun terkait.
Tetapi orang luar yang kritis, serta beberapa karyawan Facebook sendiri, mengatakan, upaya perusahaan untuk memperketat pengamanannya tetap tidak mencukupi, meski telah menghabiskan biaya miliaran.
“Facebook hanya bertindak jika mereka merasa ada ancaman terhadap reputasi atau keuntungan mereka,” kata Imran Ahmed, CEO dari Center for Countering Digital Hate.
Organisasi tersebut telah menekan Facebook untuk menghapus grup "Hentikan Pencurian".
Baca juga: Transisi Tak Berjalan Lancar, Joe Biden Peringatkan Akan Ada Banyak Orang Meninggal akibat Covid-19
Baca juga: Sentimen Positif Pasar Terhadap Kemenangan Biden Memudar, Ini Imbasnya ke IHSG
Raksasa Teknologi Tak Terbukti Bias terhadap Informasi
Tidak ada bukti bahwa raksasa media sosial itu bias terhadap berita konservatif, postingan, atau materi lain, atau bahwa mereka mendukung satu sisi perdebatan politik daripada yang lain, demikian temuan para peneliti.
Tetapi kritik terhadap kebijakan perusahaan, dan penanganan disinformasi yang terkait dengan pemilu, datang dari Demokrat serta Republik.
Demokrat telah memfokuskan kritik mereka terutama pada ujaran kebencian, informasi yang salah, dan konten lain yang dapat memicu kekerasan, mencegah orang memilih, atau menyebarkan kebohongan tentang virus corona.
Mereka mengkritik CEO teknologi karena gagal mengawasi konten, menyalahkan platform tersebut karena berperan dalam kejahatan rasial dan kebangkitan nasionalisme kulit putih di AS.
″ Jika Anda mengira disinformasi di Facebook adalah masalah selama pemilihan kami, tunggu saja sampai Anda melihat bagaimana hal itu merobek-robek struktur demokrasi kami di hari-hari berikutnya,” tulis Juru Bicara Biden, Bill Russo di Twitter.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)