TRIBUNNEWS.COM - Pejabat AS pada Senin (16/11/2020) mengungkapkan, Presiden Donald Trump berencana menyerang situs nuklir utama di Iran pekan lalu.
Tetapi, pejabat AS tersebut menerangkan, akhirnya Trump tak mengambil langkah dramatis itu.
Seperti diketahui, masa pemerintahan Trump akan berakhir dalam dua bulan ke depan.
Trump kalah dari rivalnya Joe Biden dalam Pilpres AS 2020,.
Mengutip Cbc.ca, Trump membuat permintaan tersebut selama pertemuan di Oval Office, Kamis (12/11/2020).
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Uni Soviet Meledakkan Tsar Bomba, Bom Nuklir Terdahsyat sepanjang Masa
Baca juga: PLT Nuklir Pertama di Jepang Lengkapi Fasilitas Anti Teror Dengan Biaya 240 Miliar Yen
Pejabat AS itu menambahkan, mereka yang hadir dalam pertemuan tersebut di antaranya, Staf Keamanan Nasional Utama Trump, lalu Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, penjabat sekretaris pertahanan baru Christopher Miller dan Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan.
Sampai saat ini, meski dibilang sudah mengakui secara terbuka kemenangan Joe Biden, Trump masih menolak menyerah dan menantang hasil Pilpres AS yang digelar pada 3 November 2020 kemarin.
Lebih dalam, pejabat itu mengonfirmasi lewat New York Times, para penasihat membujuk Trump untuk tidak melanjutkan penolakannya atas hasil Pilpres AS untuk mengurangi konflik lebih luas.
"Dia (Trump) meminta opsi (masukan, pilihan-Red). Mereka memberinya skenario dan dia akhirnya memutuskan untuk tidak maju," ungkap pejabat itu.
Tetapi hingga saat ini, Gedung Putih menolak berkomentar.
Baca juga: Iran Bantah Klaim Orang Nomor 2 Al-Qaeda Tewas di Teheran
Baca juga: Orang Nomor 2 Al-Qaeda Ditembak Mati di Teheran oleh Agen Israel atas Perintah AS
Kebijakan Agresif Trump terhadap Iran
Trump telah menghabiskan empat tahun masa kepresidenannya terlibat dalam kebijakan agresif terhadap Iran.
Sebelumnya, AS menarik diri pada 2018 dari kesepakatan nuklir Iran yang dinegosiasikan oleh pendahulunya dari Partai Demokrat, Barack Obama.
Lalu, pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap berbagai sasaran Iran.